Saudaraku yang di Rahmati Allah…
Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah yang menjadikan Ramadhan sebagai penghulu daripada bulan-bulan setahun dan melipat gandakan pahala kebaikan di dalamnya. Tak lupa Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa risalah Al-Qur’an kepadanya sebagai petunjuk, rahmat, nasehat, dan penyembuh bagi manusia.
Tak terasa kita telah dipenghujung bulan Sya’ban, dimana tinggal beberapa hari lagi kita akan memasuki bulan Suci Ramadhan. Dan insya Allah untuk kesekian kalinya tamu agung tersebut akan berkunjung diantara rangkaian usia kita. Bulan suci yang Agung dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kabarkan kepada khalayak sebagai berita suka cita.
“Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah telah mewajibkan di dalamnya puasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu langit, menutup pintu neraka, dan membelenggu setan-setan. Di dalamnya Allah memiliki satu malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang siapa yang diharamkan kebaikan malam itu maka ia sungguh telah diharamkan (dari kebaikan).” (HR. Nasa’i dan Baihaki)
Kabar gembira tersebut pun disambut gembira. Sampai-sampai para ulama salaf berdoa untuk dipertemukan dengan bulan Ramadhan enam bulan sebelumnya. Karena begitu cintanya mereka pada bulan mulia tersebut, mereka amat takut jika tahun tersebut mereka tidak dipertemukan lagi dengan bulan Ramadhan.
Bagaimana dengan kita? Adakah rasa rindu itu hadir meski secuil di hati? Adakah sebentuk harapan meski sesekali? Atau malah sebaliknya, justru dalam bayangan kita akan datang bulan yang akan “mengekang, mengebiri bahkan mengunci” kemerdekaan syahwat kita selama bulan suci tersebut? Sehingga Ramadhan seakan – akan menjadi momok yang menakutkan karena nafsu kita tidak bisa terlampiaskan sepuasnya digantikan dengan rasa lapar sepanjang hari? tanpa meninggalkan pengaruh positif pada dirinya seakan-akan ibadah Ramadhan hanya sekedar ritual belaka. Bahkan sering kali kita dengar guyonan, joke atau apalah namanya yang mengajak untuk habis- habisan bersenang – senang mereguk maksiat mumpung belum memasuki bulan ramadhan?! Naudzubillahi min dzalik....
Saya berdo’a untuk saudara- saudaraku semua, bahwa Anda adalah Para Perindu dan Pecinta Ramadhan, yang selalu berharap – bermunajad agar pintu Jasmani, Ruhani, Qolbu Anda terbuka lebar untuk menyambutnya, memuliakannya dan mereguk nikmatnya dengan suka cita, berenang dalam berkah, rahmat dan ampunanNYA. Agar nikmat dan keberadaan Ramadhan ini bisa sampai hingga meresap dan menyatu dengan kita dan juga sesuai dengan harapkan kita, Sehingga menjadi pribadi yang dirindukan oleh Indahnya bau Syurga, Amiiin...
Untuk itu kiranya perlu kita perhatikan dhawuh dari beberapa Kyai Sepuh yang saya terima dan bisa saya bagikan kepada Saudaraku semua, semoga menjadikan pengetahuan yang bermanfaat. Karena ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, koreksi dan benahi dalam diri kita, ( mohon ma’af untuk yang sudah mengerti, mengetahui dan memahami, semoga bisa menjadi penambah tebalnya keyakinan iman serta ketaqwaan kita dan bagi yang tidak berkenan maka hiraukanlah tulisan ini)
Pertama : Sambut Ramadhan dengan Bersih dan Suci dari segala najis.
Bulan Ramadhan disebut juga bulan suci karena pada bulan tersebut memiliki keistimewaan bahwa Sang Maha Pemilik Kesucian dan Pemilik Cinta mengamati langsung kegiatan kita serta mencatat langsung segala amal ibadah dan perbuatan kita tanpa perantara Para Malaikat, untuk itu bagi umat yang Cinta akan kehadiran Pangeran Cintanya dan ingin selalu dekat denganNYA, sudah seharusnyalah kita menyambutnya dengan kondisi suci dari :
- • Najis Mukhoffafah (Najis Ringan)
Najis mukhoffafah atau najis ringan misalnya : terkena air kencing bayi yang umurnya belum dua tahun dan belum makan sesuatu selain dari susu ibunya (susu yang dicampur gula atau tepung itu hukumnya seperti selain susu).
- • Najis Mugholladzoh (Najis Berat)
Najis mugholladhoh atau najis berat misalnya terjilat anjing dan babi dan keturunan dari keduanya atau salah satu dari keduanya.
- • Najis Mutawassitah (Najis Sedang)
Najis mutawasitah adalah najis selain dari najis mukhoffafah dan najis mugholladzoh.
- Selain dari yang sudah umum diketahui tersebut, masih ada beberapa yang tergolong najis yang harus dibersihkan dari diri kita yaitu :
- • Pandangan Mata
Menghindar dan menjauhkan dari pandangan mata terhadap hal – hal yang dilarang dan diharamkan oleh Allah.
- • Pendengaran
Menghindar dan menjauhkan diri dari mendengarkan hal – hal yang dilarang dan diharamkan oleh Allah.
- • Perbincangan
Menjauhi serta menahan diri dari menggunjing, berkata kotor, keji, tercela dll. yang dilarang dan diharamkan oleh Allah.
- • Jangkauan
Menjauhi dari mengambil yang bukan menjadi hak nya atau mengambil sesuatu yang dilarang dan diharamkan oleh Allah.
- • Langkah
Menghindari dan menjauh dari langkah – langkah yang mengajak kepada maksiat dan sesuatu yang dilarang dan diharamkan oleh Allah.
- • Harta
Mensucikan diri dari pendapatan dan penghasilan yang tidak halal atau dilarang dan diharamkan oleh Allah.
- • Pakaian
Menjaga pakaian senantiasa bersih dan suci dan menghindari dari pakaian yang dibeli dari harta yang tidak halal dan diharamkan oleh Allah.
- • Hati
Menjaga dan menjauhkan hati kita dari berbuat ujub, riya’, sombong, iri, dengki, hasut, nafsu untuk melakukan maksiat dll. serta yang diharamkan oleh Allah.
- • Aktifitas
Menghindari dan menjauhkan diri dari aktifitas atau kegiatan yang miskin manfaat. Misalnya main game seharian? Inget lho, meski aktivitas itu tergolong mubah alias boleh-boleh saja dilakukan, tapi kalo seharian gimana urusannya? Dan beberapa aktifitas yang diharamkan oleh Allah.
Kedua : Sambut Ramadhan dengan Permohonan Ma’af
Semua manusia pasti tidak terlepas dari kesalahan dan dosa, untuk mengurangi bahkan menghapusnya maka kita harus memohon ma’af kepada siapapun yang pernah kita sakiti bahkan kita benci, atau kepada siapapun yang pernah dekat dengan kita, karena siapa tahu kita telah melakukan kesalahan yang tanpa kita ketahui dan kita sengaja. Karena Keistimewaan bulan Ramadhan adalah merupakan bulan dimana Sang Pemilik Ampunan akan memberikan segala ampunannya. Agar ampunan tersebut tidak terganjal maka kita harus memohon maaf terhadap sesama terutama :
- • Orang Tua
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ridha Allah tergantung ridha kedua orang tua dan murka Allah tergantung murka kedua orang tua.” (HR. Thabrani dan dishahihkan oleh al-Albani).
- • Saudara, Sahabat dan Teman
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Pernah menganjurkan agar siapa yang mempunyai tanggung jawab terhadap orang lain, baiknya itu menyangkut kehormatan atau apa saja, segera menyelesaikannya di dunia ini, sehingga tanggung jawab itu menjadi bebas (bisa dengan menebus, bisa dengan meminta halal, atau meminta maaf). Sebab nanti di akherat sudah tidak ada lagi uang untuk tebus menebus. Orang yang mempunyai tanggungan dan belum meminta halal ketika dunia, kelak akan diperhitungkan dengan amalnya: apabila dia punya amal saleh, dari amal salehnya itulah tanggungannya akan ditebus; bila tidak memiliki, maka dosa atas orang yang disalahinya akan ditimpakan kepadanya, dengan ukuran tanggungannya. (Lihat misalnya, jawahir al-Bukhori, hlm. 275, hadis nomer: 353 dan shahih Muslim, II/430).
Ketiga : Berdoa agar disampaikan pada bulan Ramadhan
Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia menikmati indahnya bulan Ramadhan, dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, “Allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha.” Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai.
Keempat : Sambut Ramadhan dengan Taubat.
“Setiap manusia tidak akan terlepas dari dosa dan sebaik-baiknya adalah yang bertaubat” demikian sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam seperti yang diriwayatkan Ahmad dan Ibnu Majah.
Kita sambut Ramadhan dengan memperbarui taubat; karena di dalamnya dilipatgandakan kebaikan, dihapus dan diampuni dosa, dan diangkat derajat. Jika seorang hamba selalu dituntut untuk bertaubat setiap waktu. Segeralah bertaubat! Karena tak satu pun dari kita yang bersih dari dosa dan bebas dari maksiat. Pintu taubat selalu terbuka dan Allah senang dan gembira dengan taubat hambanya.
Kelima : Bersyukur pada Allah
Al-Imam Nawawi dalam kitab Adzkar-nya berkata, ”Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungan Nya. ” Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadhan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.
Demikian semoga tulisan ini bermanfaat dan mudah-mudahan kita dipertemukan dengan Ramadhan dan mendapatkan banyak keutamaan didalam bulan yang istimewa tersebut, Amiin...
Marhaban yaa.. Ramadhan. SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA 1431 H.
Wallahu ‘alam bi shawab. *(Mas Aan)*
0 komentar:
Posting Komentar