Wadah berbagi Kisah, Pengetahuan, Ungkapan rasa, Cerita, dalam rangka memperkaya khasanah Iman untuk menggapai Syafa'at Baginda Rasululloh serta Hidayah dan Ridlo Illahi Robbi

  • This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

2.16.2010

Hal yang Membuat Rizky tidak Lancar


Allah SWT menciptakan semua makhluk benar-benar sempurna, bahkan hingga sampai kepada pembagian rezekinya Allah sangat memperhatikan. Allah juga menjamin bahwa tidak ada satu pun mahluk di jagat raya ini yang akan ditelantarkan-Nya, termasuk kita. Allah menjamin pemenuhan rezeki ini. Sekarang pertanyaan nya adalah mau atau tidak kita mencarinya. Yang lebih ekstrim lagi adalah sudah benar atau tidakkah cara mendapatkannya. Dan perlu diketahui bahwa rezeki yang dimaksud di sini tentu bukan hanya sekadar uang, ilmu, kesehatan, ketenteraman jiwa, pasangan hidup, keturunan, nama baik, persaudaraan namun ketaatan pada Allah itu juga merupakan bagian dari rezeki, bahkan takaran nilainya jauh lebih tinggi dibanding uang.

Banyak kita jumpai orang yang dipusingkan dengan masalah pembagian rezeki ini. “Ada yang mengeluh kok rezeki saya seret banget, padahal sudah mati-matian mencarinya?” “Mengapa ya bisnis saya gagal terus ?” “Mengapa ya hati saya tidak pernah tenang?” Dan masih banyak lagi keluhan-keluhan lainnya. Namun semua tidak menyadarinya, bahwa ada banyak penyebab tidak lancarnya rezeki mengalir ini, diantaranya adalah mungkin cara kita mencari yang kurang profesional, atau kurang serius mengusahakan nya, dan ada pula kondisi-kondisi yang menyebabkan Allah Azza wa Jalla “menahan” rezeki ini. Poin terakhir inilah yang akan kita bahas. Mengapa aliran rezeki kita tidak lancar? Dan apa saja yang menjadi penyebabnya?

Saudaraku, Allah adalah satu-satunya Dzat yang Maha Pembagi Rezeki. Tidak ada setetes pun air yang masuk ke mulut kita kecuali atas izin-Nya. Karena itu, jika Allah SWT sampai menahan rezeki kita, pasti ada prosedur yang salah yang kita lakukan. Setidaknya ada lima hal yang menghalangi lancarnya aliran rezeki ini :

Pertama, Lepasnya ketawakalan dari hati. Dengan kata lain, kita telah berharap dan menggantungkan diri kepada selain kepada Allah, Atau kita sudah berusaha, namun usaha yang kita lakukan tidak dikaitkan dengan-Nya. Padahal Allah telah menyatakan bahwa Aku sesuai prasangka hamba-Ku. Maka jika pada suatu ketika seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah, maka keburukan-lah yang akan ia terima. Dan sebaliknya barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya, dan dari arah yang tidak disangka-sangka. Demikian janji Allah dalam QS: Ath Thalaaq [63] ayat 3.

Kedua, Adanya dosa dan perbuatan maksiat yang kita lakukan. Dosa ternyata merupakan penghalang datangnya rezeki. Bahkan Rasulullah SAW bersabda,“Sesungguhnya seseorang akan terjauh dari rezeki disebabkan oleh perbuatan dosanya.” (HR Ahmad). Nah bagaimana agar dosa ini supaya tidak menyumbat aliran rezeki kita, maka tobatlah jawaban sebagai pintu pembukanya. Andai kita mau menyimak, ternyata didalam do’a minta hujan itu isinya adalah permintaan tobat, bahkan isi do’a Nabi Yunus pun saat berada dalam perut ikan ternyata juga adalah permintaan tobat, demikian pula isi permohonan do’a ketika meminta dikaruniai anak dan pada saat Lailatul Qadar ternyata adalah permohonan tobat. Karena itu bila rezeki terasa seret, maka perbanyaklah tobat dengan hati, ucapan, dan perbuatan kita.

Ketiga, Kesalahan dalam mencari nafkah. Selama ini banyak dari kita belum menyadari apakah pekerjaan yang kita lakukan sudah termasuk kategori halal menurut agama? Kalau toh memang halal, apakah sudah benar dalam mencari dan menjalaninya? Perhatikan selalu hal ini. Apabila terjadi kecurangan sekecil apapun dalam mencari nafkah, entah itu korupsi (baik korupsi waktu maupun uang), manipulasi timbangan, praktik mark up dan sebagainya, itu akan sangat berdampak pada rezeki kita menjadi tidak berkah. Mungkin uang bisa kita dapatkan , namun berkah dari uang tersebut telah hilang. Bagaimanakah mengetahui ciri rezeki tersebut tidak berkah, diantaranya adalah mudahnya rezeki tersebut menguap untuk hal yang sia -sia, atau hasil yang kita peroleh tidak membawa ketenangan sehingga sulit dipakai untuk taat kepada Allah bahkan ada yang sampai menjadi biang penyakit. Bagaimana bila sudah terlanjur melakukannya, syaratnya hanyalah segera bertobat dan kembalikan harta tersebut kepada yang berhak menerimanya.

Keempat, Pekerjaan yang melalaikan kita dari mengingat Allah. Saudaraku... cobalah setiap hari biasakan kita bertanya pada diri kita, apakah pekerjaan yang kita lakukan selama ini membuat hubungan kita dengan Allah semakin dekat ataukah malah makin menjauh? Jangan – jangan kita terlalu sibuk bekerja sehingga lupa shalat (atau sering kali jadi telat), bahkan mungkin juga sudah lupa membaca Al-Qur’an, atau ada juga yang sampai lupa mendidik keluarga, jika ini sampai terjadi maka ini lah sinyal-sinyal bahwa pekerjaan yang kita lakukan tidak membawa berkah. Jika sudah demikian, jangan heran bila rezeki kita akan tersumbat. Idealnya menurut Rasulullah kita bekerja itu membuat kita semakin bersyukur dan semakin dekat dengan Allah. Sibuk boleh, namun jangan sampai kewajiban kita kepada Allah kita abaikan.

Kelima, Malas bersedekah. Siapa pun yang pelit, niscaya hidupnya akan sempit, rezekinya pasti irit. Sebaliknya dengan sedekah akan bertambah berkah, penolak bala, penyubur kebaikan serta pelipat ganda rezeki. Bahkan Allah menekankan betapa pentingnya bersedekah. Sedekah itu bagaikan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, dimana pada tiap-tiap bulir itu akan terjurai seratus biji. Artinya, Allah yang Maha kaya akan membalasnya hingga tujuh ratus kali lipat (QS Al Baqarah [2]: 261). Tidakkah kita tertarik dengan janji Allah ini? Jika tertarik maka mari kita langgengkan amalan pada diri kita bahwa tiada hari tanpa sedekah, tiada hari tanpa kebaikan. Insya Allah, Allah SWT akan dengan senang hati membukakan pintu-pintu rezeki-Nya untuk kita. Amin. Walllahu’alam
Share:

2.12.2010

Apresiasi Rasulullah Pada Orang Bekerja



Dalam sejarah Islam, semua Nabi bekerja untuk kehidupannya. Ini untuk menunjukkan bahwa para nabi bukan Rabi atau Pendeta yang dicukupi kehidupannya dari umatnya.

”Seseorang tidak mendapatkan sesuatu kecuali apa yang telah di usahakannya”.(QS An-Najm [53]: 39)

Sehari-hari para Nabi giat bekerja. Ingat bagaimana kisah Musa AS yang bekerja pada Nabi Syuaib atau Nabi Daud sebagai pengrajin, Nabi Yusuf sebagi pengawas gudang, dan tak terkecuali Nabi junjungan kita Muhammad SAW yang menjadi pengembala maupun pedagang pada sebelum kenabian dan mengerjakan banyak pekerjaan kasar lain setelah masa kenabian.

Para Nabi diperintahkan Allah bekerja keras untuk memperoleh kehidupan yang baik. Dimana di balik pesan itu Allah mempunya misi bahwa betapapun mulia seorang Nabi, mereka harus tetap bekerja untuk memenuhi kehidupannya, sebagai contoh dan teladan terbaik bagi umatnya. Sebagaimana diketahui Rasulullah SAW memaknai bekerja bukanlah sekadar untuk mencari uang, kekayaan, dan kemuliaan duniawi semata. Namun lebih dari itu, Rasulullah SAW menempatkan bekerja sebagai wujud aktualisasi keimanan dan ketakwaan dalam koridor ibadah semata-mata mencari ridha Allah SWT.

Bahkan Putri Nabi sendiri yaitu Fatimah az Zahra pernah suatu hari kehabisan gandum, sementara anak-anaknya butuh makan dan ada yang jatuh sakit. Sedang kondisi pada saat itu sepeserpun dia tidak memiliki uang . Pergilah Fatimah ke pemilik toko dan bertanya apakah ada pekerjaan yang bisa dia lakukan, maka didapatinya pekerjaan menumbuk gandum untuk dibuat roti dan hasilnya bisa untuk mencukupi makan hari itu bersama anaknya.

Dalam sebuah hadist riwayat Imam Ath-Thabrani, dikisahkan ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat kemudian bertanya,"Wahai Rasulullah, andaikata bekerja semacam orang itu dapat digolongkan jihad fi sabilillah, maka alangkah baiknya." Mendengar itu Rasul pun menjawab,"Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, itu juga fi sabilillah" (HR Ath-Thabrani).

Dalam riwayat lain juga diceritakan, suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa'ad bin Mu'adz Al-Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan Sa'ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. "Kenapa tanganmu?" tanya Rasul kepada Sa'ad. "Wahai Rasulullah," jawab Sa'ad,"Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku". Seketika itu beliau mengambil tangan Sa'ad dan menciumnya seraya berkata,"Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka".

Inilah apresiasi yang Rasulullah SAW berikan kepada orang yang mau bekerja keras, gigih, dan semangat mencari rezeki di jalan Allah SWT. Beliau tidak melihat apa jenis pekerjaannya, asalkan halal, tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama, dan diniatkan untuk mencari ridha Allah SWT. Juga Rasulullah tidak melihat siapa orangnya, sampai-sampai pada riwayat di atas manusia teragung ini rela mencium tangan Sa'ad bin Mu'adz Al-Anshari yang melepuh lagi gosong tersebut.

Islam sendiri mengajarkan, untuk mendapatkan rezeki yang Allah SWT tebar di muka bumi ini, hendaklah tiap individu berusaha sekuat tenaga, sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Yang selanjutnya, hasilnya kita bertawakal kepada Allah SWT. Tawakal bukan artian pasrah diri tanpa usaha dan tidak bekerja, namun semampu mungkin potensi yang ada kita maksimalkan untuk meraih rezeki tersebut. Nabi Muhammad SAW, dalam salah satu hadisnya yang lain juga mengatakan,“Jika kalian tawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, Allah akan memberi kalian rezeki seperti Dia memberi rezeki kepada burung yang terbang tinggi dari sarangnya pada pagi hari dengan perut kosong dan pulang di sore hari dengan perut kenyang. ”

Hadis di atas pada dasarnya berisikan motivasi agar kita gigih bekerja, bahkan jika perlu meninggalkan tempat tinggal pagi hari untuk mencari nafkah, bukan sebaliknya pasrah berdiam diri di kediaman menunggu tersedianya kebutuhan hidup. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 10: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.

(Aan, dari berbagai sumber)
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Powered By Blogger

Slider

Hit Counter