Wadah berbagi Kisah, Pengetahuan, Ungkapan rasa, Cerita, dalam rangka memperkaya khasanah Iman untuk menggapai Syafa'at Baginda Rasululloh serta Hidayah dan Ridlo Illahi Robbi

  • This is default featured slide 1 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 2 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 3 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 4 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

  • This is default featured slide 5 title

    Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

12.17.2008

Tak menyangka bertemu Rasulullah


Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan ( keimanan dan keselamatan ) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang – orang mukmin (QS. At Taubah 128)

Suatu hari, Rasulullah Muhammad SAW. sedang thawaf. Tak jauh dari Nabi saw. ada seorang laki-laki Arab Badui juga sedang thawaf. Sambil thawaf, Arab Badui itu mengucapkan, Ya Kariim (Allah yang Maha Pemurah).” Rasulullah saw. yang berjalan dibelakangnya meniru ucapan lelaki itu. Rupanya Lelaki Badui tersebut tidak mengenali Nabi saw. Karenanya, ia bergeser ke tempat lain menghindarkan diri dari Nabi saw. sambil tetap berkata “Ya Kariim”. Rasulullah saw. terus mengikutinya dan terus menirukan ucapan arab Badui itu.

Lama kelamaan lelaki Badui itu merasa terganggu. Kemudian dia menoleh kepada Rasulullah saw. sambil berkata, “Wasai pemilik wajah yang ceria dan tubuh yang indah, apakah engkau mengejek aku ?. Demi Allah, kalau tidak karena wajahmu yang ceria dan perawakanmu yang tampan, pastilah engkau akan kuadukan kepada kekasihku Muhammad”.

Rasulullah saw. tersenyum dan berkata, “Apakah engkau tidak mengenal Nabimu, wahai saudaraku ?”
“ Tidak,” jawabnya.
“ Jadi, apa imanmu kepadanya ?” tanya nabi saw. lagi.
“ Saya beriman dengan kenabiannya, walau saya tidak melihatnya. Saya membenarkan risalahnya sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya.”
“ Wahai saudaraku, ketahuilah, akulah nabimu didunia dan orang yang akan menolongmu nanti di akhirat,” sahut Nabi saw.

Mendengar itu, sang Badui mendekat kepada Rasulullah saw. dan hendak mencium tangan beliau. Namun, Rasulullah saw. dengan cepat mencegahnya seraya berkata, “Jangan engkau perlakukan aku seperti orang-orang asing berbuat kepada raja-raja mereka. Allah mengutusku bukan untuk menyombongkan diri dan tidak pula untuk menjadi penindas. Allah mengutusku dengan benar sebagai pembawa kabar gembira dan berita ancaman.

Tiba-tiba Malaikat Jibril datang kepada Nabi saw. dan berkata, “Wahai Muhammad ! Allah menitipkan salam buatmu dan memberikan penghormatan khusus kepadamu. Dia berkata kepadamu, “Katakan kepada Badui itu supaya dia jangan terlena oleh sikap penyantun dan kemurahan Kami. Kami akan melakukan perhitungan (hisab) terhadap dirinya atas hal-hal kecil atau besar.”

Perkataan Malaikat itu terdengar sang Badui melalui lisan Nabi Muhammad saw. Lalu Badui itu bertanya , “Apakah Allah akan menghisab diriku, wahai Rasulullah ?”
“ Ya.., Allah akan melakukan hisab atas dirimu kalau Ia menghendaki,” jawab Nabi saw.

“ Demi kemuliaan dan kebenaran-NYA, kalau Allah menuntutku akupun akan menuntut-NYA.”
Rasulullah saw. bertanya, “Atas dasar apa engkau menuntut Allah, wahai saudaraku ?”

“Kalau Allah menuntut dosa-dosaku, niscaya aku akan menuntut keampunan-NYA. Kalau Ia menuntut maksiatku, maka aku akan menuntut kemaafan-NYA dan kalau Ia menuntut kebakhilanku, aku akan menuntut kepemurahan-NYA.

Mendengar itu, Rasulullah menangis sampai jenggot beliau basah. Malikat Jibril berkata, “Wahai Muhammad, Allah menitip salam buatmu dan Ia berkata, Kurangilah tangismu.. Engkau telah membuat semua penduduk langit lengah dari bertasbih. Dan kepada saudara Baduimu itu sampaikanlah bahwa Allah tidak akan melakukan tuntutan lagi atas dirinya dan dia pun tidak usah melakukan hal itu terhadap Allah. Dia adalah kawan-kawanmu nanti di Syurga.”

Tangis Nabi saw. ini menunjukkan betapa besar cinta beliau kepada umatnya. Akankah cinta beliau ini kita sambut dengan mencintai ajarannya ?, ataukah cinta beliau itu akhirnya bertepuk sebelah tangan ?

Wallahua’lam..

( sumber dari majalah Al-Falah)


Share:

12.15.2008

Lima Siksa dan Petunjuk Obatnya



Dalam kitab Hikayah ash-Shuufiyyah dikisahkan,

Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya di hadapan setiap orang ada 5 siksa yang tidak dapat dihindari, kecuali oleh orang yang kurus kering”.
Lalu Abu Bakar ra bertanya, “Apakah 5 siksa itu, yaa Rasulullah?”.

Rasulullah Saw menjawab:
1)- Mati dan kesusahannya
2)- Kubur dan kesempitannya
3)- Pertanyaan Munkar dan Nakir, serta kedahsyatannya

4)- Timbangan amal dan kekhawatiran dalam menghadapinya
5)- Shiraath dan ketajamannya”.

Saat Abu Bakar mendengar jawaban itu, dia langsung menangis dengan begitu keras, sampai langit ketujuh hingga semua malaikat ikut menangis.

Lalu Jibril pun turun dan berkata, “Yaa Muhammad, katakan kepada Abu Bakar untuk tidak menangis. Apakah engkau tidak mendengar perkataan orang Arab, bahwa setiap penyakit ada obatnya selain mati?”.

Kemudian Jibril melanjutkan dan berkata,
Barangsiapa menunaikan sholat Subuh, maka kematian dan kesulitannya akan menjadi ringan.

Barangsiapa menunaikan sholat ‘Isya, maka licinnya shiraath dengan mudah dilalui. -

Barangsiapa menunaikan sholat Dzuhur, maka kubur dan kesempitannya menjadi mudah baginya.

Barangsiapa menunaikan sholat Ashar, maka pertanyaan Munkar dan Nakir, serta kehebatannya menjadi ringan baginya.

Dan barangsiapa menunaikan sholat Maghrib, maka timbangan akan mudah dilalui”.

Wallahu’alam.

Share:

1 Tamparan untuk 3 Pertanyaan


Ada seorang pemuda yang lama sekolah di negeri Sam kembali ke tanah air. Sesampainya di rumah ia meminta kepada orang tuanya untuk mencari seorang Guru agama atau siapapun yang bisa menjawab 3 pertanyaannya. Akhirnya Orang tua pemuda itu mendapatkan orang tersebut.

“Anda siapa? Dan apakah anda bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan saya?” Pemuda bertanya. “Saya hamba Allah dan dengan izin-Nya saya akan menjawab pertanyaan saudara.” Jawab Guru Agama. “Anda yakin? sedang Profesor dan banyak orang pintar saja tidak mampu menjawab pertanyaan saya.” Jawab Guru Agama “Saya akan mencoba sejauh kemampuan saya”


Pemuda : “Saya punya 3 pertanyaan;

1. Kalau memang Tuhan itu ada, tunjukan kewujudan Tuhan kepada saya
2. Apakah yang dimaksudkan dengan takdir?
3. Kalau syaitan diciptakan dari api kenapa dimasukan ke neraka yang dibuat dari api?, tentu tidak menyakitkan buat syaitan, sebab mereka memiliki unsur yang sama.

Apakah Tuhan tidak pernah berfikir sejauh itu?”

Tiba-tiba Guru Agama tersebut menampar pipi si Pemuda dengan kuat. Sambil menahan sakit pemuda itu berkata “Kenapa anda marah kepada saya?” Jawab Guru Agama “Saya tidak marah… Tamparan itu adalah jawaban saya kepada 3 pertanyaan yang anda ajukan kepada saya”.

“Saya sungguh-sungguh tidak faham”, kata pemuda itu. Guru Agama bertanya “Bagaimana rasanya tamparan saya?”. “Tentu saja saya merasakan sakit”, jawab beliau. Guru Agama bertanya ” Jadi anda percaya bahwa sakit itu ada?”. Pemuda itu mengangguk tanda percaya. Guru Agama bertanya lagi, “Tunjukan pada saya wujud sakit itu!” “ Tidak bisa”, jawab pemuda. “Itulah jawaban pertanyaan pertama: kita semua merasakan kewujudan Tuhan tanpa mampu melihat wujudnya.” Terang Guru Agama.

Guru Agama bertanya lagi, “Apakah tadi malam anda bermimpi akan ditampar oleh saya?”. “Tidak” jawab pemuda. “Apakah pernah terfikir oleh anda akan menerima sebuah tamparan dari saya hari ini?” “Tidak” jawab pemuda. “Itulah yang dinamakan Takdir” Terang Guru Agama.

Guru Agama bertanya lagi, “Terbuat dari apa tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?”. “kulit”. Jawab pemuda. “Pipi anda terbuat dari apa?” “ Kulit “ Jawab pemuda. “Bagaimana rasanya tamparan saya?”. “Sakit.” Jawab pemuda. “Walaupun Syaitan terbuat dari api dan Neraka terbuat dari api, jika Tuhan menghendaki maka Neraka akan menjadi tempat menyakitkan untuk syaitan.” Terang Guru Agama.

Share:

12.12.2008

Cerpen : Ketika Mas Gagah Pergi


Karya : Helvy Tiana Rosa

Mas Gagah berubah!

Ya, sudah beberapa bulan belakangan ini Masku, sekaligus saudara kandungku satu satunya itu benar-benar berubah !

Mas Gagah Perwira Pratama, masih kuliah di Teknik Sipil UI semester tujuh. Ia seorang kakak yang sangat baik, cerdas, periang dan tentu saja... ganteng! Mas Gagah juga sudah mampu membiayai kuliahnnya sendiri dari hasil mengajar privat untuk anak-anak SMA.

Sejak kecil aku sangat dekat dengannya. Tak ada rahasia di antara kami. Ia selalu mengajakku kemana ia pergi. Ia yang menolong di saat aku butuh pertolongan.



Ia menghibur dan membujuk di saat aku bersedih. Membawakan oleh-oleh sepulang sekolah dan mengajariku mengaji. Pendek kata, ia selalu melakukan hal-hal yang baik, menyenangkan dan berarti banyak untukku.

Saat memasuki usia dewasa kami jadi makin dekat. Kalau ada saja sedikit waktu kosong, maka kami akan menghabiskannya bersama. Jalan-jalan, nonton film atau konser musik atau sekedar bercanda bersama teman-teman. Mas Gagah yang humoris itu akan membuat lelucon-lelucon santai hingga aku dan teman-temanku tertawa terbahak-bahak. Dengan sedan putihnya ia berkeliling mengantar teman-temanku pulang usai kami latihan teater. Kadang kami mampir dan makan dulu di restoran, atau bergembira ria di Dufan, Ancol.

Tak ada yang tak menyukai Mas Gagah. Jangankan keluarga atau tetangga, nenek-kakek, orang tua dan adik kakak teman-temanku menyukai sosoknya !

"Kakak kamu itu keren, cute, macho dan humoris. Masih kosong nggak sih ?"

"Git, gara-gara kamu bawa Mas Gagah ke rumah, sekarang orang serumahku sering membanding-bandingkan teman cowokku sama Mas Gagah lho ! Gila, berabe khan ?" "Gimana ya Git, agar Mas Gagah suka padaku ?"
Dan masih banyak lontaran-lontaran senada yang mampir ke kupingku. Aku cuma mesam-mesem. Bangga.

Pernah kutanyakan pada Mas Gagah mengapa ia belum punya pacar. Apa jawabnya ?
"Mas belum minat tuh ! Kan lagi konsentrasi kuliah. Lagian kalau Mas pacaran..., banyak anggaran. Banyak juga yang patah hati ! He...he...he.." kata Mas Gagah pura-pura serius.

Mas Gagah dalam pandanganku adalah sosok ideal. Ia serba segalanya. Ia punya rancangan masa depan, tapi tak takut menikmati hidup. Ia moderat tapi tak pernah meninggalkan sholat !
Itulah Mas Gagah!

Tetapi seperti yang telah kukatakan, entah mengapa beberapa bulan belakangan ini ia berubah ! Drastis ! Dan aku seolah tak mengenal dirinya lagi. Aku sedih. Aku kehilangan. Mas Gagah yang kubanggakan kini entah kemana...
--=oOo=--

"Mas Gagah ! Mas Gagaaaaaahhh!" teriakku kesal sambil mengetuk pintu kamar Mas Gagah keras-keras.

Tak ada jawaban. Padahal kata mama Mas Gagah ada di kamarnya. Kulihat stiker metalik di depan pintu kamar Mas Gagah. Tulisan berbahasa arab gundul. Tak bisa kubaca. Tapi aku bisa membaca artinya : Jangan masuk sebelum memberi salam!
"Assalaamu'alaikuuum!" seruku.
Pintu kamar terbuka dan kulihat senyum lembut Mas Gagah.
"Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh. Ada apa Gita? Kok teriak-teriak seperti itu?" tanyanya.
"Matiin kasetnya !" kataku sewot.
"Lho emang kenapa ?"
"Gita kesel bin sebel dengerin kasetnya Mas Gagah ! Memangnya kita orang Arab... , masangnya kok lagu-lagu Arab gitu!" aku cemberut.
"Ini nasyid. Bukan sekedar nyanyian Arab tapi dzikir, Gita !"
"Bodo !"
"Lho, kamar ini kan daerah kekuasaannya Mas. Boleh dong Mas melakukan hal-hal yang Mas sukai dan Mas anggap baik di kamar sendiri," kata Mas Gagah sabar. "Kemarin waktu Mas pasang di ruang tamu, Gita ngambek..., mama bingung. Jadinya ya, di pasang di kamar."
"Tapi kuping Gita terganggu Mas! Lagi asyik dengerin kaset Air Supply yang baru..., eh tiba-tiba terdengar suara aneh dari kamar Mas!"
"Mas kan pasang kasetnya pelan-pelan..."
"Pokoknya kedengaran!"
"Ya, wis. Kalau begitu Mas ganti aja dengan nasyid yang bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Bagus, lho !"
"Ndak, pokoknya Gita nggak mau denger!" aku ngloyor pergi sambil membanting pintu kamar Mas Gagah.
Heran. Aku benar-benar tak habis pikir mengapa selera musik Mas Gagah jadi begitu. Kemana kaset-kaset Scorpion, Wham!, Elton John, Queen, Bon Jovi, Dewa, Jamrood atau Giginya?

"Wah, ini nggak seperti itu, Gita ! Dengerin Scorpion atau si Eric Clapton itu belum tentu mendatangkan manfaat, apalagi pahala. Lain lah ya dengan senandung nasyid Islami. Gita mau denger ? Ambil aja di kamar. Mas punya banyak kok !" begitu kata Mas Gagah.
Oalaa !
--=oOo=--

Sebenarnya perubahan Mas Gagah nggak cuma itu. Banyak. Terlalu banyak malah! Meski aku cuma ‘adik kecil’nya yang baru kelas dua SMA, aku cukup jeli mengamati perubahan-perubahan itu. Walau bingung untuk mencernanya.

Di satu sisi kuakui Mas Gagah tambah alim. Sholat tepat waktu, berjama’ah di Masjid, ngomongnya soal agama terus. Kalau aku iseng mengintip di lubang kunci, ia pasti lagi ngaji atau baca buku Islam. Dan kalau aku mampir di kamarnya, ia dengan senang hati menguraikan isi buku yang dibacanya, atau malah menceramahiku. Ujung-ujungnya,"Ayo dong Gita, lebih feminin. Kalau kamu pakai rok atau baju panjang, Mas rela deh pecahin celengan buat beliin kamu rok atau baju panjang. Muslimah kan harus anggun. Coba Dik manis, ngapain sih rambut ditrondolin gitu !"
Uh. Padahal dulu Mas Gagah oke-oke saja melihat penampilanku yang tomboy. Dia tahu aku cuma punya dua rok! Ya rok seragam sekolah itu saja! Mas Gagah juga nggak pernah keberatan kalau aku meminjam kaos atau kemejanya. Ia sendiri dulu sering memanggilku Gito, bukan Gita ! Eh, sekarang pakai manggil Dik Manis segala!

Hal lain yang nyebelin, penampilan Mas Gagah jadi aneh. Sering juga mama menegurnya.
"Penampilanmu kok sekarang lain, Gah?’
"Lain gimana, Ma ?"
"Ya, nggak semodis dulu. Nggak dandy lagi. Biasanya kamu yang paling sibuk dengan penampilan kamu yang kayak cover boy itu..."

Mas Gagah cuma senyum. "Suka begini, Ma. Bersih, rapi meski sederhana. Kelihatannya juga lebih santun."
Ya, dalam penglihatanku Mas Gagah jadi lebih kuno dengan kemeja lengan panjang atau baju koko yang dipadu dengan celana panjang semi baggy-nya. "Jadi mirip Pak Gino," komentarku menyamakannya dengan sopir kami. "Untung saja masih lebih ganteng."
Mas Gagah cuma terawa. Mengacak-acak rambutku dan berlalu.

Mas Gagah lebih pendiam? Itu juga sangat kurasakan. Sekarang Mas Gagah nggak kocak seperti dulu. Kayaknya dia juga males banget ngobrol lama atau becanda sama perempuan. Teman-temanku bertanya-tanya. Thera, peragawati sebelah rumah, kebingungan.

Dan...yang paling gawat, Mas Gagah emoh salaman sama perempuan!! Kupikir apa sih maunya Mas Gagah?

"Sok kece banget sih Mas? Masak nggak mau salaman sama Tresye? Dia tuh cewek paling beken di Sanggar Gita tahu?" tegurku suatu hari. "Jangan gitu dong. Sama aja nggak menghargai orang !"

"Justru karena Mas menghargai dia makanya Mas begitu," dalihnya, lagi-lagi dengan nada amat sabar. "Gita lihat khan orang Sunda salaman? Santun meski nggak sentuhan. Itu yang lebih benar!"

Huh. Nggak mau salaman. Ngomong nunduk melulu..., sekarang bawa-bawa orang Sunda. Apa hubungannya?

Mas Gagah membawa sebuah buku dan menyorongkannya padaku. "Baca!"
Kubaca keras-keras. "Dari ‘Aisyah ra. Demi Allah, demi Allah, demi Allah. Rasulullah saw tidak pernah berjabat tangan dengan wanita kecuali dengan mahromnya. Hadits Bukhari Muslim!"
Si Mas tersenyum.
"Tapi Kyai Anwar mau salaman sama mama. Haji Kari, Haji Toto, Ustadz Ali...," kataku.
"Bukankah Rasulullah uswatun hasanah? Teladan terbaik?" kata Mas Gagah sambil mengusap kepalaku. "Coba untuk mengerti ya, Dik Manis !?"

Dik manis? Coba untuk mengerti? Huh! Dan seperti biasa aku ngeloyor pergi dari kamar Mas Gagah dengan mangkel. Menurutku Mas Gagah terlalu fanatik ! Aku jadi khawatir. Apa dia lagi nuntut ‘ilmu putih’? Ah, aku juga takut kalau dia terbawa oleh orang-orang sok agamis tapi ngawur. Namun..., akhirnya aku nggak berani menduga demikian. Mas-ku itu orangnya cerdas sekali! Jenius malah! Umurnya baru dua puluh satu tahun tapi sudah tingkat empat di FTUI! Dan aku yakin mata batinnya jernih dan tajam. Hanya..., yaaa akhir-akhir ini ia berubah. Itu saja. Kutarik napas dalam-dalam.
--=oOo=--

"Mau kemana, Git!?"
"Nonton sama teman-teman." Kataku sambil mengenakan sepatu. "Habis Mas Gagah kalau diajak nonton sekarang kebanyakan nolaknya!"
"Ikut Mas aja, yuk!"

"Kemana? Ke tempat yang waktu itu lagi? Ogah! Gita kayak orang bego di sana!"
Aku masih ingat jelas. Beberapa waktu yang lalu Mas Gagah mengajakku ke rumah temannya. Ada pengajian. Terus pernah juga aku diajak menghadiri tabligh akbar di suatu tempat. Bayangin, berapa kali aku dilihatin sama cewek-cewek lain yang kebanyakan berjilbab itu. Pasalnya, aku kesana memakai kemeja lengan pendek, jeans belel dan ransel kumalku. Belum lagi rambut trondol yang nggak bisa aku sembunyiin.

Sebenarnya Mas Gagah menyuruhku memakai baju panjang dan kerudung yang biasa mama pakai ngaji. Aku nolak sambil ngancam nggak mau ikut.
"Assalaamu’alaikum!" terdengar suara beberapa lelaki.

Mas Gagah menjawab salam itu. Tak lama kulihat Mas Gagah dan teman-temannya di ruang tamu. Aku sudah hafal dengan teman-teman si Mas ini. Masuk, lewat, nunduk-nunduk, nggak ngelirik aku..., persis kelakuannya Mas Gagah.
"Lewat aja nih, Mas? Gita nggak dikenalin?" tanyaku iseng.

Dulu nggak ada deh teman Mas Gagah yang tak akrab denganku. Tapi sekarang, Mas Gagah nggak memperkenalkan mereka padaku. Padahal teman-temannya lumayan handsome!
Mas Gagah menempelkan telunjuknya di bibir. "Ssssttt !"
Seperti biasa, aku bisa menebak kegiatan mereka. Pasti ngomongin soal-soal ke-Islaman, diskusi, belajar baca Al-Quran atau bahasa Arab..., yaaa begitu deh!!
--=oOo=--

"Subhanallah, berarti kakak kamu ikhwan dong!" seru Tika setengah histeris mendengar ceritaku. Teman akrabku ini memang sudah sebulan ini berjilbab rapi. Memusiumkan semua jeans dan baju-baju you can see-nya.
"Ikhwan?" ulangku. "Makanan apaan tuh? Saudaranya bakwan atau tekwan?" suaraku yang keras membuat beberapa makhluk di kantin sekolah melirik kami.

"Huss! Untuk laki-laki ikhwan, untuk perempuan akhwat. Artinya saudara. Biasa dipakai untuk menyapa saudara seiman kita," ujar Tika sambil menghirup es kelapa mudanya. "Kamu tahu Hendra atau Isa, kan? Aktivis Rohis kita itu contoh ikhwan paling nyata di sekolah ini."

Aku manggut-manggut. Lagak Isa dan Hendra memang mirip Mas Gagah.
"Udah deh, Git. Nggak usah bingung. Banyak baca buku Islam. Ngaji! Insya Allah kamu akan tahu meyeluruh tentang dien kita. Orang-orang seperti Hendra, Isa, atau Mas Gagah bukanlah orang-orang yang error. Mereka hanya berusaha mengamalkan Islam dengan baik dan benar. Kitanya saja yang mungkin belum mengerti dan sering salah paham."

Aku diam. Kulihat kesungguhan di wajah bening Tika, sobat dekatku yang dulu tukang ngocol ini. Tiba-tiba di mataku menjelma begitu dewasa.
"Eh, kapan main ke rumahku? Mama udah kangen tuh! Aku ingin kita tetap dekat, Gita..., meski kita kini punya pandangan yang berbeda," ujar Tika tiba-tiba.
"Tik, aku kehilangan kamu. Aku juga kehilangan Mas Gagah...," kataku jujur. "Selama ini aku pura-pura cuek tak peduli. Aku sedih..."

Tika menepuk pundakku. Jilbab putihnya bergerak ditiup angin. "Aku senang kamu mau membicarakan hal ini denganku. Nginap di rumah, yuk. Biar kita bisa cerita banyak. Sekalian kukenalkan pada Mbak Ana."
"Mbak Ana ?"
"Sepupuku yang kuliah di Amerika! Lucu deh, pulang dari Amrik malah pakai jilbab! Itulah hidayah!"
"Hidayah ?"
"Nginap, ya! Kita ngobrol sampai malam sama Mbak Ana!"
--=oOo=--

"Assalaamu’alaikum, Mas Ikhwan..., eh Mas Gagah !" tegurku ramah.
"Eh adik Mas Gagah! Dari mana aja? Bubar sekolah bukannya langsung pulang!" kata Mas Gagah pura-pura marah, usai menjawab salamku.
"Dari rumah Tika, teman sekolah," jawabku pendek. "Lagi ngapain, Mas?" tanyaku sambil mengintari kamarnya. Kuamati beberapa poster, kaligrafi, ganbar-gambar pejuang Palestina, Kashmir dan Bosnia. Puisi-puisi sufistik yang tertempel rapi di dinding kamar. Lalu dua rak koleksi buku ke-Islaman..
"Cuman lagi baca !"
"Buku apa ?"
"Tumben kamu pengin tahu?"
"Tunjukin dong, Mas...buku apa sih?" desakku.
"Eit..., Eiiit !" Mas Gagah berusaha menyembunyikan bukunya.

Kugelitik kakinya, dia tertawa dan menyerah. "Nih!" serunya memperlihatkan buku yang sedang dibacanya dengan wajah setengah memerah.
"Nah yaaaa!" aku tertawa. Mas Gagah juga. Akhirnya kami bersama-sama membaca buku ‘Memilih Jodoh dan Tata Cara Meminang dalam Islam’ itu..
"Maaaas..."
"Apa Dik manis?"
"Gita akhwat bukan sih?"
"Memangnya kenapa ?"
"Gita akhwat apa bukan ? Ayo jawab...," tanyaku manja.

Mas Gagah tertawa. Sore itu dengan sabar dan panjang lebar, ia berbicara kepadaku. Tentang Allah, Rasulullah. Tentang ajaran Islam yang diabaikan dan tak dipahami ummatnya. Tentang kaum Muslimin di dunia yang selalu jadi sasaran fitnah serta pembantaian dan tentang hal-hal lainnya. Dan untuk petamakalinya setelah sekian lama, aku merasa kembali menemukan Mas Gagahku yang dulu.

Mas Gagah dengan semangat terus berbicara. Terkadang ia tersenyum, sesaat sambil menitikkan air mata. Hal yang tak pernah kulihat sebelumnya!!
"Mas kok nangis?"
"Mas sedih karena Allah, Rasul dan Al Islam kini sering dianggap remeh. Sedih karena ummat yang banyak meninggalkan Al-Quran dan Sunnah, juga berpecah belah. Sedih karena saat Mas bersenang-senang dan bisa beribadah dengan tenang, saudara-saudara seiman di Belahan bumi lainnya sedang digorok lehernya, mengais-ngais makanan di jalan, dan tidur beratap langit..."

Sesaat kami terdiam. Ah, Masku yang gagah dan tegar ini ternyata sangat perasa. Sangat peduli...
"Kok...tumben Gita mau dengerin Mas ngomong?" tanya Mas Gagah tiba-tiba.
"Gita capek marahan sama Mas Gagah !" Ujarku sekenanya.
"Emangnya Gita ngerti yang Mas katakan?"
"Tenang aja, Gita nyambung kok!" kataku jujur. Ya, Mbak Ana juga pernah menerangkan hal demikian. Aku ngerti deh meski nggak mendalam.
Malam itu aku tidur ditemani tumpukan buku-buku Islam milik Mas Gagah. Kayaknya aku dapat hidayah!
--=oOo=--

Hari-hari berlalu. Aku dan Mas Gagah mulai dekat lagi sepeti dulu. Meski aktivitas yang kami lakukan berbeda dengan yang dahulu.

Kini tiap Minggu kami ke Sunda Kelapa atau Wali Songo, mendengarkan ceramah umum. Atau ke tempat-tempat tabligh Akbar digelar. Kadang cuma aku dan Mas Gagah, kadang-kadang bila sedikit kupaksa Mama Papa juga ikut.

"Masa sekali aja nggak bisa, Pa…, tiap minggu rutin ngunjungin relasi ini itu. Kebutuhan rohaninya kapan?" tegurku.
Biasanya Papa hanya mencubit pipiku sambil menyahut, "Iya deh, iya!"

Pernah juga Mas Gagah mengajakku ke acara pernikahan temannya. Aku sempat bingung juga. Soalnya pengantinnya nggak bersanding tapi terpisah! Tempat acaranya juga gitu. Dipisah antara lelaki dan perempuan. Terus bersama souvenir, para tamu dibagikan risalah nikah juga. Di sana ada dalil-dalil mengapa walimah mereka dilaksanakan seperti itu. Dalam perjalanan pulang, baru Mas Gagah memberi tahu bagaimana hakikat acara pernikahan dalam Islam. Acara itu tak boleh menjadi ajang kemaksiatan dan kemubaziran, harus Islami dan semacamnya. Ia juga wanti-wanti agar aku tak mengulangi ulah mengintip tempat cowok dari tempat cewek!
Aku nyengir kuda.

Tampaknya Mas Gagah mulai senang pergi denganku. Soalnya aku mulai bisa diatur. Pakai baju yang sopan, pakai rok panjang, ketawa nggak cekakaan.
"Nyoba pakai jilbab, Git !" pinta Mas Gagah suatu ketika.
"Lho, rambut Gita kan udah nggak trondol! Lagian belum mau deh jreng!"
Mas Gagah tersenyum. "Gita lebih anggun kalau pakai jilbab dan lebih dicintai Allah. Kayak Mama".

Memang sudah beberapa hari ini mama berjilbab. Gara-garanya dinasehatin terus sama si Mas, di beliin buku-buku tentang wanita, juga dikomporin sama teman-teman pengajian beliau.
"Gita mau, tapi nggak sekarang...," kataku. Aku memikirkan bagaimana dengan seabreg aktivitasku kini, prospek masa depan (ceila) dan semacamnya.
"Itu bukan halangan." Ujar Mas Gagah seolah mengerti jalan pikiranku.

Aku menggelengkan kepala. Heran, Mama yang wanita karier itu kok cepat sekali terpengaruh sama Mas Gagah!
"Ini hidayah, Gita!" kata Mama. Papa yang duduk di samping beliau senyum-senyum.
"Hidayah? Perasaan Gita duluan deh yang dapat hidayah baru Mama! Gita pakai rok aja udah hidayah!"
"Lho?" Mas Gagah bengong.
--=oOo=--

Dengan penuh kebanggaan, kutatap lekat wajah Mas Gagah. Gimana nggak bangga? Dalam acara Studi Tentang Islam yang diadakan FTUI untuk umum ini, Mas Gagah menjadi salah satu pembicaranya! Aku yang berada di antara ratusan peserta ini rasa-rasanya ingin berteriak, "Hei, itu kan Mas Gagah-ku !"

Mas Gagah tampil tenang. Gaya penyampaiannya bagus, materi yang dibawakannya menarik dan retorikanya luar biasa! Semua hening mendengar ia bicara. Aku juga. Mas Gagah fasih mengeluarkan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Rasul. Menjawab semua pertanyaan dengan baik dan tuntas. Aku sempat bingung lho, kok Mas Gagah bisa sih? Bahkan materi yang disampaikannya jauh lebih bagus daripada yamh dibawakan oleh kyai-kyai kondang atau ustadz tenar yang biasa kudengar!

Pada kesempatan itu juga Mas Gagah berbicara tentang muslimah masa kini dan tantangannya dalam era globalisasi.
"Betapa Islam yang jelas-jelas mengangkat harkat dan martabat wanita, dituduh mengekang wanita hanya karena mensyariatkan jilbab. Jilbab sebagai busana taqwa, sebagai identitas muslimah, diragukan bahkan oleh para muslimah kita, oleh orang Islam sendiri," kata Mas Gagah.
Mas Gagah terus bicara. Tiap katanya kucatat di hati ini.
--=oOo=--

Lusa ulang tahunku. Dan hari ini sepulang sekolah, aku mampir ke rumah Tika. Minta diajarkan memakai jilbab yang rapi. Tuh anak sempat histeris juga. Mbak Ana senang dan berulang kali mengucap hamdalah.

Aku mau ngasih kejutan buat Mas Gagah! Mama bisa dikompakin. Nanti sore aku akan mengejutkan Mas Gagah. Aku akan datang ke kamarnya memakai jilbab putihku. Kemudian mengajaknya jalan-jalan untuk persiapan tasyakuran ultah ketujuh belasku.

Kubayangkan ia akan terkejut gembira, memelukku. Apalagi aku ingin Mas Gagah yang memberikan ceramah pada acara tasyakuran yang insya Allah mengundang teman-teman dan anak-anak panti yatim piatu dekat rumah kami.
"Mas Ikhwan!! Mas Gagaaaaah! Maaasss! Assalaamu’alaikum!" kuketuk pintu kamar Mas Gagah dengan riang.
"Mas Gagah belum pulang," kata Mama.
"Yaaaaa, kemana sih, Ma??!" keluhku.
"Kan diundang ceramah di Bogor. Katanya langsung berangkat dari kampus..."
"Jangan-jangan nginep, Ma. Biasanya malam minggu kan suka nginep di rumah temannya, atau di Masjid."

"Insya Allah nggak. Kan Mas Gagah inget ada janji sama Gita hari ini," hibur mama menepis gelisahku.
Kugaruk-garuk kepalaku yang tak gatal. Entah mengapa aku kangen sekali dengan Mas Gagah.
"Eh, jilbab Gita mencong-mencong tuh !" Mama tertawa.
Tanganku sibuk merapikan jilbab yang kupakai. Tersenyum pada Mama.
--=oOo=--

Sudah lepas Isya. Mas Gagah belum pulang juga.
"Mungkin dalam perjalanan. Bogor kan lumayan jauh..." hibur Mama lagi.
Tetapi detik demi detik, menit demi menit berlalu. Sampai jam sepuluh malam, Mas Gagah belum pulang juga.
"Nginap barangkali, Ma?" duga Papa.

Mama menggeleng. "Kalau mau nginap Gagah selalu bilang, Pa!"
Aku menghela napas panjang. Menguap. Ngantuk. Jilbab putih itu belum juga kulepaskan. Aku berharap Mas Gagah segera pulang dan melihatku memakainya.

"Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinggg !!" Telpon berdering.

Papa mengangkat telepon. "Halo, ya betul. Apa? Gagah???"
"Ada apa , Pa?" tanya Mama cemas.
"Gagah..., kecelakaan..., Rumah Sakit… Islam...," suara Papa lemah.
"Mas Gagaaaaaahhh!!!" Air mataku tumpah. Tubuhku lemas.
Tak lama kami sudah dalam perjalanan menuju Cempaka Putih. Aku dan Mama menangis berangkulan. Jilbab kami basah.
--=oOo=--

Dari luar kamar kaca, kulihat tubuh Mas Gagah terbaring lemah. Tangan, kaki, kepalanya penuh perban. Informasi yang kudengar, sebuah truk menghantam mobil yang dikendarai Mas Gagah. Dua teman Mas Gagah tewas seketika, sedang kondisi Mas Gagah kritis.

Dokter melarang kami untuk masuk ke dalam ruangan.
"Tapi saya Gita, adiknya, Dok! Mas Gagah pasti mau lihat saya pakai jilbab iniii!" kataku emosi pada dokter dan suster di depanku.
Mama dengan lebih tenang merangkulku, "Sabar, Sayang..., sabar."
Di pojok ruangan papa tampak serius berbicara dengan dokter yang khusus menangani Mas Gagah. Wajah mereka suram.

"Suster, Mas Gagah akan hidup terus kan, suster? Dokter? Ma?" tanyaku. "Papa, Mas Gagah bisa ceramah pada syukuran Gita kan?" air mataku terus mengalir.
Tapi tak ada yang menjawab pertanyaanku kecuali kebisuan dinding putih rumah sakit. Dan dari kamar kaca kulihat tubuh yang biasa gagah enerjik itu bahkan tak bergerak!
"Mas Gagah, sembuh ya, Mas..., Mas...Gagah..., Gita udah jadi adik Mas yang manis. Mas... Gagah...," bisikku.

Tiga jam kemudian kami masih berada di rumah sakit.. Sekitar ruang ICU kini telah sepi. Tinggal kami dan seorang bapak paruh baya yang menunggui anaknya yang juga dalam kondisi kritis. Aku berdoa dan terus berdoa. Ya Allah, selamatkan Mas Gagah..., Gita, Mama dan Papa butuh Mas Gagah..., umat juga."
Tak lama dokter Joko yang menangani Mas Gagah menghampiri kami. "Ia sudah sadar dan memanggil nama ibu, bapak, dan Gi..."
"Gita.." suaraku serak menahan tangis.

"Pergunakan waktu yang ada untuk mendampinginya seperti permintaannya. Sukar baginya untuk bertahan. Maafkan saya..., lukanya terlalu parah," perkataan terakhir dokter Joko mengguncang perasaan, menghempaskan harapanku!
"Mas..., ini Gita, Mas...," sapaku berbisik.

Tubuh Mas Gagah bergerak sedikit. Bibirnya seolah ingin mengucapkan sesuatu.
Kudekatkan wajahku kepadanya. "Gita sudah pakai.. jilbab," lirihku. Ujung jilbabku yang basah kusentuhkan pada tangannya.
Tubuh Mas Gagah bergerak lagi.

"Dzikir..., Mas,’ suaraku bergetar. Kupandang lekat-lekat wajah Mas Gagah yang separuhnya tertutup perban. Wajah itu begitu tenang...
"Gi...ta..."
Kudengar suara Mas Gagah! Ya Allah, pelan sekali!
"Gita di sini, Mas..."
Perlahan kelopak matamya terbuka. Aku tersenyum.
"Gita... udah pakai... jilbab...," kutahan isakku.

Memandangku lembut, Mas Gagah tersenyum. Bibirnya seolah mengucapkan sesuatu seperti hamdalah.
"Jangan ngomong apa-apa dulu, Mas...," ujarku pelan ketika kulihat ia berusaha lagi untuk mengatakan sesuatu.

Mama dan Papa memberi isyarat untuk gantian. Ruang ICU memang tak bisa dimasuki beramai-ramai. Dengan sedih aku keluar. Ya Allah..., sesaat kulihat Mas Gagah tersenyum. Tulus sekali!

Tak lama aku bisa menemui Mas Gagah lagi. Dokter mengatakan Mas Gagah tampaknya menginginkan kami semua berkumpul.
Kian lama kurasakan tubuh Mas Gagah semakin pucat. Tapi sebentar-sebentar masih tampak bergerak. Tampaknya ia juga masih bisa mendengar apa yang kami katakan meski hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan isyarat mata.

Kuusap setitik lagi airmata yang jatuh. "Sebut nama Allah banyak-banyak..., Mas," kataku sambil menggenggam tangannya. Aku sudah pasrah pada Allah. Aku sangat menginginkan Mas Gagah terus hidup. Tapi sebagai insan beriman, seperti juga yang diajarkan Mas Gagah, aku pasrah pada ketentuan Allah. Allah tentu tahu apa yang terbaik bagi Mas Gagah.

"Laa...ilaaha...illa...llah..., Muham...mad...Ra...sul...Al...lah...," suara Mas Gagah pelan, namun tak terlalu pelan untuk kami dengar.

Mas Gagah telah kembali pada Allah. Tenang sekali. Seulas senyum menghiasi wajahnya.
Aku memeluk tubuh yang terbujur kaku dan dingin itu kuat-kuat. Mama dan Papa juga. Isak kami bersahutan walau kami rela dia pergi.
Selamat jalan, Mas Gagah !
--=oOo=--

(Epilog)

Buat ukhti manis Gita Ayu Pratiwi,
Semoga memperoleh umur yang berkah,
Dan jadilah muslimah sejati
Agar Allah selalu besertamu.

Sun Sayang,

Mas Ikhwan, eh Mas Gagah !
Kubaca berulang kali kartu ucapan Mas Gagah. Keharuan memenuhi rongga-rongga dadaku.
Gamis dan jilbab hijau muda, manis sekali. Akh, ternyata Mas Gagah telah mempersiapkan kado untuk hari ulang tahunku. Aku tersenyum miris.

Kupandangi kamar Mas Gagah yang kini lengang. Aku rindu panggilan dik manis, Aku rindu suara nasyid. Rindu diskusi-diskusi di kamar ini. Rindu suara merdu Mas Gagah melantunkan kalam Ilahi yang selamanya tiada kudengar lagi. Hanya wajah para Mujahid di dinding kamar yang menatapku. Puisi-puisi sufistik yang seolah bergema di ruang ini...
Setitik air mataku jatuh lagi.
"Mas, Gita akhwat bukan sih?"
"Ya, Insya Allah akhwat!"
"Yang bener?"
"Iya, dik manis!"
"Kalau ikhwan itu harus ada jenggotnya, ya?!"
"Kok nanya gitu?"
"Lha, Mas Gagah ada jenggotnya!"
"Ganteng kan?"
"Uuu! Eh, Mas, kita kudu jihad, ya? Jihad itu apa sih?"
"Ya always dong ! Jihad itu... "

Setetes, dua tetes, air mataku kian menganak sungai.

Kumatikan lampu. Kututup pintu kamarnya pelan-pelan.
Selamat jalan, Mas Ikhwan! Selamat jalan, Mas Gagah!



Share:

Kelembutan Ahlak menjadi jalan Hidayah


Oleh : Ustaz Komar, Daarut Tauhid Bandung

Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu, Allah yang maha memberikan jalan hidayah kepada siapa saja yang Dia kehendaki.

Alkisah di kota Cilacap, ada seorang anak SMP yang bernama Sarimin. Kemudian di sekolah itu ada seorang anak murid yang bernama Hendri. Dia beragama Katolik. Hendri minder karena dia merasakan anak-anak islam yang lainnya galak. Sering memusuhinya, sering menakali dan disisihkan dari pergaulan. Satu-satunya anak yang mau berteman dengan Hendri adalah Sarimin yang anak miskin dan sederhana. Namun sikap Sarimin sangat baik sekali kepada Hendri. Kalau ada yang mengganggu Hendri, Sarimin yang melindungi seraya berkata, “Hayo jangan gitu dong..??, kita ini kan sama-sama sedang belajar disini”. Sampai merekapun menjadi dua orang sahabat karib. Dimana ada Hendri, disitu ada Sarimin. Dimana ada Sarimin, disitu ada Hendri.


Sampailah persahabatan mereka berlanjut ketika SMA. Di SMA, Hendri juga bernasib sama ketika dia di SMP. Hendri adalah seorang minoritas diantara banyak teman temannya yang muslim. Kalau Hendri sakit, hanya Sariminlah yang menjenguk dan memijat kakinya. Sampai suatu saat, Sarimin bermaksud ingin mengajak Hendri untuk main ke rumahnya. Hendri pun panik seraya berkata dalam hati, “Wah jangan-jangan yang baik hanya Sarimin saja nih. kakaknya, Bapaknya serta anggota keluarga Sarimin yang lain jangan-jangan galak. Kan orang Islam”.

Tapi karena undangan dari seorang sahabat Hendri mau datang. Alangkah terkejutnya Hendri karena begitu datang, Bapaknya menyambut dengan sangat baik kepada Hendri. Kakak Sarimin juga berlaku lembut kepada Hendri. Sampai ketika akan makan bersama di depan meja makan, bapak Sarimin berkata, “Nak Hendri, kami mau berdoa menurut agama Islam. Kalau nak Hendri meu berdoa sesuai agama Katolik, silahkan sebelum kita makan”. Begitu mau pulang kakak Sarimin berkata, “Hendri, jangan sungkan-sungkan ya.. kalau tidak malu, kalau tidak bosan mampirlah ke gubuk kami”. Persahabatan mereka berdua berlangsung sampai kelas tiga SMA.

Yang memisahkan mereka berdua adalah Sarimin kuliah di Univ. Syarif Hidayatullah Jakarta dan Hendri kuliah di Theologi Yogyakarta. Pada jaman itu belum ada handphone seperti sekarang ini. Sampai akhirnya pada semester 6, Hendri benar-benar merasa bahwa di kampus Theologi itu orang-orang terbeli dengan akhlak Hendri. Begitu lembut, begitu baik, begitu mau menghormati orang lain. Sampai suatu ketika Pasturnya bertanya, “Hendri, kamu kok baik banget. Saya ingin bertanya, siapa Pastur kamu dulu ketika di SMA ?”. Lalu Hendri menjawab, “Maaf pastur, guru saya adalah Sarimin”. “Siapa Sarimin? Masa ada pastur namanya Sarimin ?”. “Memang Sarimin bukan seorang pastur. Tapi Sarimin adalah sahabat saya. Dia seorang Islam”. Sampailah semester 8, Hendri belajar tentang perbandingan agama. Dan dia belajar tentang biografi Nabi Muhammad SAW. Begitu lembar demi lembar dia baca tiap malam, tak terasa air matanya bercucur deras, berlinang membasahi buku itu. Dan sampai mulutnya bergetar seraya berkata, “Ya Tuhan, pantas begitu mulianya akhlak Sarimin. Nabinya saja luar biasa, belum pernah saya temukan tokoh semulia akhlak Muhammad SAW. Luar biasa. Pantas akhlak Sarimin begitu bagus”.

Saudaraku, sampailah saat Hendri diwisuda. Dan ketika selesai diwisuda, dia letakkan toga wisudanya dan bergegas menuju ke suatu masjid. Apa yang dilakukan Hendri? Hendri langsung mengucapkan dua kalimah syahadat. "Asyhaduallaaa Ilaa Ha Illallaah… Wa Asyhaduannaaa Muhammadarrasuulllah…"

Setelah itu, Hendri langsung pulang ke Cilacap. Dan sebelum Hendri sampai ke rumahnya, dia sempatkan untuk mampir terlebih dahulu ke rumah Sarmin. ”Assalamualaikum… Assalamualaikum…”. Lalu bapak Sariminlah yang keluar. “Waalaikumsalam…. Oh,nak Hendri …”. ”Tapi kok nak Hendri mengucapkan Assalamualaikum ??”, tanya bapak Sarimin kepada Hendri. “Iya pak, saya sekarang sudah menjadi seorang muslim pak” jawab Hendri. “Alhamdulillah… Bapak senang nak..” ujar Bapak Sarimin senang mendengar jawaban dari Hendri. Hendri lalu menanyakan Sarimin, “Pak, mana Sarimin ? sudah selesai belum kuliahnya pak ? saya kangen sekali dengan dia pak, saya ingin ketemu pak, dimana alamatnya pak”. Bapak Sarimin masih terdiam belum menjawabnya.

“Pak, dimana alamatnya pak ? nomor teleponnya berapa pak ?”. bapak Sarimin juga belum menjawabnya. Sampai akhirnya Hendri berkata, “Pak, kenapa bapak diam saja ? Saya bertanya tentang Sarimin Pak ?!”. Lalu bapak Sarimin baru menjawabnya, “nak Hendri, mau ketemu Sarimin ?”. “Betul Pak !” jawab Hendri. “Mari nak, kita ke belakang rumah” jawab bapak Sarimin.

Dan saudaraku, ditunjukkanlah sebuah kubur di belakang rumah itu. Di batu nisan bertuliskan Sarimin. Hendri langsung tertunduk lemas dan mulai keluarlah air matanya. Dia bertanya lagi kepada bapak Sarimin, “Kapan dia meninggal paak..”. Bapak menjawab dengan lirih “dua tahun yang lalu ketika Sarimin semester 5. Dia terserang penyakit tifus”. Hendri langsung duduk bersimpuh. Sambil menangis Hendri berkata, “Yaa… Allah….perjumpakanlah Sarimin dengan-Mu yaa… Rabb… Perjumpakanlah dia dengan Nabi-Mu, Kekasih-Mu, Rasulullah…, Demi Allah yaa Allah…. Saya Islam, mendapat hidayah karena kemuliaan akhlak Sarimin. Sayalah saksinya yaa… Allah…. bahwa Sarimin cinta… cinta…. kepadaMu yaa… Allah… yaa… Rasulullah….”.
Allahu Akbar…

Seorang Sarimin tidak banyak bicara tentang Islam. Namun Sarimin menjadi bukti tentang kemuliaan Islam.


Share:

12.11.2008

Renungkanlah sahabat2 ku..???

Siapa ya yang menggoda Iblis?

Pertanyaan diatas pernah terlontar dalam suatu diskusi ringan di suatu kelompok pengajian.

Sejenak para peserta yang sedang duduk-duduk menunggu guru ngajinya tersentak, sambil mikir.

Iya ya siapa yang menggoda Iblis sampai-sampai durhaka kepada Allah.

Seseorang tiba-tiba berteriak, "Hawa kalii....".

Kaum hawa berteriak protes, "enak ajaaa....."

Para peserta ngaji yang sedang pada bengong itu pun riuh.



Teori pun lantas bermunculan dengan berbagai alasan, baik yang logis dan rasional, dalil-dalil, sampai yang sama sekali tidak rasional pun bersliweran.

Tapi toh tetap saja tak ada kata sepakat yang jelas, siapa ya yang menggoda Iblis?

Setelah lama diskusi, mereka pun nampaknya sudah mulai menyerah.

Lalu, tiba-tiba seseorang nyeletuk "eh gimana kalau kita tanyakan ke Iblisnya saja langsung".

Yang lain berteriak ,"ya boleh...boleh juga tuh...tapi gimana ya cara mendatangkan Iblis?"

Usulan pun kembali bersliweran, lalu seseorang mulai berkata kembali," eh gimana kalo kita pancing aja si Iblis datang sambil nyewa penari "striptisss""

"ooo ya, betul...betul juga kita pancing...dengan mengundang penari striptiss, ok...". Yang lain nyahut tak sabar.

Para peserta pengajian itupun sepakat. Maka berhubung si guru ngaji belum datang juga, sebagian besar peserta pengajian pun bubar dan secara bergerombol mencari sebuah tempat untuk mengundang penari striptis.

Walhasil, merekapun akhirnya mengundang si Iblis dengan menonton tarian striptis. Lama-kelamaan, tanpa sadar para penonton yang sudah campur baur antara yang wanita dan laki-laki pun lupa segalanya, merekapun akhirnya terhanyut melakukan perbuatan yang sebenarnya tidak diinginkannya.

Iblis yang sejak awal diskusi sebenarnya diam-diam sudah hadir di akal pikiran dan hati mereka pun tertawa terbahak-bahak, lantas iapun menampakkan diri dan berkata jumawa, "mau tau siapa yang menggoda aku", katanya.
Lalu ia pun menjawab sambil menudingkan telunjuk tangannya menuding gerombolan manusia yang sudah disesatkannya,

"kalian sendiri yang menggoda aku, tauuuuuuu !!!".

Ternyata penggoda iblis itu kita sendiri hihihihi....

Share:

Sekilas Tentang Lahirnya Aurad Dzikrul Ghofilin



Oleh : Arif Billah KH. Achmad Shiddiq

Disampaikan pada tanggal 25 Oktober 1986 dalam acara pertemuan rutin khusus keluarga setiap malam minggu legi.

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bismillahirrohmanirrohiim.

Pertemuan malam ini adalah pertemuan rutin tiap malam ahad legi bersamaan dengan hari kelahiranku, semua anak-anakku, mantuku yang ada di Jember sama berkumpul perlu mendengarkan atau berembug segala sesuatu yang menjadi kemaslahatan keluarga. Keluarga itu kalau menurut bahasa arabnya adalah Usro’, seperti Usro’ Ali Shiddiq atau Usro’ Bani Shiddiq. Keluarga yaitu anak cucunya Mbah Shiddiq.

Gus Miek pernah dawuh besok kalau Bapak Achmad Shiddiq sudah wafat yang jadi peninggalannya cuma satu yaitu “Dzikrul Ghofilin”, saya mendengar yang begitu itu hatiku sumendal, hatiku terharu, ya gembira, ya campur susah sebab saya sendiri merasa tidak ada yang dapat diwariskan terhadap anak-anakku, dunia tidak ilmu ya tidak. Sebab saya merasa bahwa ilmu agama saya sedikit sekali, kesempatan anak-anak saya belajar agama dari saya tidak banyak dan saya tidak punya peninggalan yang patut untuk dibuat pusaka atau warisan seperti misalnya amal-amal atau kelakuan atau akhlak atau tinggalan yang berupa kebagusan atau amal sholih, saya merasa tidak punya.

Saya merasa, diantara saudara-saudara aku merasa paling bodoh bab agama. Karena saya tidak katek ( sempurna) mondok. Aku Cuma keluaran sekolah salafiyah, madrasah ibtidaiyah salafiyah / tsanawiyah sampai kelas 6 terus pulang, kitab yang dikaji pada KH. Hasyim Asy’ari terbatas, jadi saya ini kalau bab lika-likunya agama, lebih-lebih bab hukum merasa sangat kekurangan.

Apalagi yang mau saya jadikan peninggalan, wong aku dewe ( saya sendiri) tidak mengerti dan tidak ’alim. Jadi saya merasa tidak ada yang dapat dapat dijadikan peninggalan. Setelah Gus Miek dawuh begitu, terharuku ya bercampur syukur, kalau itu memang dianggap warisan, sebab itu Dzikrul Ghofilin sebenarnya kepunyaan Kyai Hamid Pasuruan dan Gus Miek, saya cuma tukang menulis dan meracik atau mengumpulkan. Untuk diketahui anak-anakku dan ini tidak perlu saya rahasiakan, bahwa sesungguhnya Dzikrul Ghofilin itu garapannya orang ketiga 3 (tiga), ini supaya kamu mengerti yaitu : Gus Miek dan KH. Hamid.
Pertama saya ke Kyai setelah diberi ijazah membaca Fatehah 100 kali dan Asmaul Husna lalu saya sowan kepada Gus Miek persis ketika Gus Miek berada di rumah Pak Marliyan (comboran), disana rundingan sampai jam 03.00 pagi, nah.. disana Gus Miek menambah Istighfar 100, Sholawat 300 dan Tahlil 100, itu dari Gus Miek. Ila Hadrati Ila Hadrati itu dari saya, tetapi semua itu kemudian dirangkai dan mendapat restu dari Gus Miek, setelah itu dilain hari saya sowan kepada Kyai Hamid untuk mencocokkan, malahan saya membaca disampingnya dan saya masih ingat betul, saya baca semua dan begitu sampai pada :
”Tsumma ilaa khadroti al quth-bil kabiir sayyidisy-syaikh ’Abdissalam Ibni Masyisy” itu sa’rentet Kyai Hamid ngguguk (menangis) sampai saya yang membaca itu ndredek (gemetar) tapi saya teruskan saja maksud saya mentashehkan (minta diteliti dan dikoreksi) minta ijazah begini ini betul atau tidak, terus do’a yang terakhir itu dari saya. Sholawatnya (Sholawat Munjiyat) dari Gus Miek. Selain itu dari usaha saya mengumpulkan dari berbagai sumber, itulah Dzikrul Ghofilin.

Itu memang ada isyarah (alamate) bahwa garapan orang 3 ( tiga) itu ada alamtnya, malah ada yang menjuluki Tsulatsi (Tritunggal) jadi kamu biar mengerti bahwa itu semua melalui proses perangkaian dan sebagainya itu terjadi pada bulan Sya’ban dan mulai diamalkan pada awal bulan Ramadhan sampai bulan atau tanggal 20 Ramadhan, itu pertama kali diamalkan di Langgar /mushola (tahun 1973 M).

Gus Miek sering kali menanyakan atau mengingatkan, itu Dzikrul Ghofilin apa disebut karangannya Bapak Achmad Shiddiq, ada yang menjawab tidak, disitu Cuma disebut (katabahu dst. ) yang menulis aku memang yang menyuruh (dawuhi) itu Gus Miek , disuruh menerangkan :


Itu lafadlnya lafal dari Gus Miek, memang disuruh begitu ya saya mengikuti, sampai akhirnya dicetak.

Jadi kalau disebut warisanku, yang sebenarnya saya Cuma ngepek jeneng (atas nama) bukan warisanku sendiri. Dzikrul itu warisan Kyai Hamid, Gus Miek dan aku sebagai perangkai, dan ini setelah dicetak, kemudian say bermimpi, oleh (dapat) Sirri (rahasia lewat mimpi tersebut ) :

Pertama dari Kyai Hamid dan dari Isyrat Kang Abdul Chalim Shiddiq, itu orang dua didalam kamar, dan say masuk (perasaan saya begitu), malah Kyai Hamid itu itu tidak pake baju. Terus Kang Chalim kok terus dawuh, Lha.. ini tukang pijatnya sudah datang. Ya saya lalu memijat Kyai Hamid, saya betul-betul melihat Kyai Hamid saya pijat punggungnya, malah ma’af hingga bokongnya / pantatnya yang putih dan kelihatan urat nadinya seperti bayi. Setelah itu Kyai Hamid membuka kitab kecil, ya seperti kitab Dzikrul Ghofilin itu, kemudian dibaca didepanku dengan disaksikan Kang Chalim. Setelah itu begitu saya mau keluar dari kamar, Kyai Hamid sambil bercanda dan menunjuk-nunjuk saya dan berkata : ” He.. jangan diberitahukan kalau dari saya”, saya malah membalas bercanda... ”nggak.. nanti saya beritahukan.

Kedua. Lagi saya bermimpi yang sangat jelas sekali setelah mengamalkan Dzikrul Ghofilin, yaitu Kyai Achmad Qusyairi Shiddiq, kakangku, (didalam mimpi itu) beliau nampak menjemput di pinggir pantai, dan saya sedang naik kapal akan mendarat, lalu saya turun dan dipapak (disambut) oleh Kang Kyai Qusyairi Shiddiq bersama dengan beberapa orang berjubah, semua seperti para Habib-Habib.., terus saya datangi beliau dan kemudian saya diajak berjalan... seperti di Mekkah...,. Kang Kyai Achmad Qusyairi itu berjalan lebih dulu, saya menyusul dibelakangnya. Saya tertinggal.. kemudian saya coba bertanya-tanya kepada orang Arab (dengan Bahasa Arab ). ” Apa sampeyan tahu rumahnya Kyai Achmad Qusyairi ?”. Lho jawabnya kok begini : ” Bagaimana aku tidak akan tahu sedangkan dia selalu mendo’akan kamu setiap waktu”. Kemudian aku ketemu Kang Kyai Ahmad Qusyairi di Masjidil Haram dan Beliau dawuh : ”Pokoknya kamu selagi mimpin wirid Dzikrul Ghofilin, aku mendo’akan kamu di Ka’bah”, dawuhnya begitu, dengan bahasa Arab.

Lha itulah yang menambah saya semakin mantab, kalau Dzikrul Ghofilin ini mendapat izin dan restu dari Sholihin dan terbukti tidak dipromosikan dan tidak di propagandakan atau diberitahukan kepada orang-orang, banyak yang ikut gruduk..gruduk.. dan seterusnya. Sampai hampir-hampir seperti gerakan Thoriqoh, padahal ini bukan thoriqoh tetapi wirid biasa.

Dan yang lucu itu pernah terjadi disini.., dikamar pojok itu.., ada Kyai Hamid kok dawuh begini : ” ini lho..Nafisah (istri Kyai Hamid) kepingin ijazah Dzikrul Gofilin pada sampeyan ?!”. Aku merasa di poyoki ” Wah yak apa... inikan yang punya sampeyan, kok minta ijazahnya kepada saya,,,?!”.

Walhasil Dzikrul Ghofilin ini InsyaALLAH,mudah-mudahan mendapat ridhlo dan pengayoman serta do’anya orang Sholih-sholih.. Amiin. Jadi kalau Gus Miek dawuh bahwa Dzikrul Ghofilin warisanku untuk anak-anak dan kaum. Ya mudah-mudahan ini terus bisa lestari, dan kalau bisa ya.. anak-anakku juga mengamalkan, kalau bisa ya..., tapi ini barang sunnah, kalau cocok ya.. amalkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Diperbanyak oleh Jama’ah Dzikrul Ghofilin sesuai isi yang terekam dikaset

Share:

Cuplikan Dawuh / Pidato Gus Miek


Ulama’ Sesepuh – sesepuh sing di-fatechahi kalih tiyang-tiyang sing tertera tercantum dalam Dzikrul Ghofilin niku sing badhe kulo panjengan derek’I fil Akheroh (1998).
(Ulama Para Sesepuh yang mendapat kiriman Fatechah bersama orang-orang yang tertera dan tercantum dalam Dzikrul Ghofilin itu yang akan saya dan Anda semua ikuti hingga di Akherat (1998).)
*****


Hadirin kolowau wonten ingkang tanglet, “ Gus Miek, Sami’in Qur’an niku menawi Ba’da Sholat Fardhu aqibah kulli maktubalin, sing sae maos menopo ?”. Damel wiridan!! kejawi panjenengan ingkang sampun nderek Ba’dit Thoriqoh Al-Muktabaroh.

Meniko ugi dados simbolipun Dzikrul Ghofilin. Resepipun nderek As-Syaikhul Imam Abi Hamid Muhammad Al-Ghozali, ingkang ugi dipun ijazahaken kaliyan rayinipun Syaikh Ahmad Al-Ghozali (1988).
( Para Hadirin, tadi ada yang bertanya, ‘Gus Miek, Sami’in Qur’an setelah Selesai Sholat Fardhu aqibah kulli maktubalin, sebaiknya membaca apa ?”. Untuk Wiridan !! selain Anda yang sudah mengikuti Ba’dit Thoriqoh Al-Muktabaroh, Ini juga menjadi simbolnya Dzikrul Ghofilin. Resepnya mengikuti amalan As-Syaikhul Imam Abi Hamid Muhammad Al-Ghozali, yang juga di ijazahkan oleh Adiknya Syaikh Ahmad Al-Ghozali (1988).)
*****


Jadi ini sebuah pembangunan yang harus diwujudkan oleh penderek, pimpinan Dzikrul Ghofilin ataupun sema’an Al-Qur’an. Sebab antarane Sema’an Al-Qur’an kaliyan Dzikrul Ghofilin, ingkang sampun dipun simboli kaliyan Fatichah mi’ata marroh ba’da kuli sholah, meniko berkaitan manunggal (1988).
(Jadi ini sebuah pembangunan yang harus diwujudkan oleh pengamal, pimpinan Dzikrul Ghofilin ataupun sema’an Al-Qur’an. Sebab antara Sema’an al-Qur’an dengan Dzikrul Ghofilin, yang sudah diberi simbol dengan Fatichah mi’ata marroh ba’da kuli sholah, ini berkaitan dan menyatu (1988)).
*****


Kulo Panjenengan, anggota Sami’in, Dzikrul Ghofilin khususipun, ayo podo ramah tamah, apik lahir batin karo liyan, karo sesomo, Podo-podo menungso, senajan seje wiridan, seje aliran. Kulo Panjenengan kedah ndukung kawontenan sing pun kadung mantep Fin Naqshabandiyah, Fil Qodiriyah au Fi Asatidz Thoriqoh Muktabaroh. Sampun ngantos terpancing mboten ngurmati dateng salah satunggale aliran wirit ingkang tegas muktabar dengan pakem-pakem ingkang sampun mu’ayyan, khasshoh, lan tegas (1990).
(Saya dan Anda anggota Sami’in & Dzikrul Ghofilin khususnya, Ayo saling ramah tamah, baik secara lahir batin dengan yang lain, dengan sesama. Sama-sama Manusia meskipun berlainan wirid, berlainan aliran. Saya dan anda sekalian harus mendukung keberadaan yang sudah mantap Fin Naqsabandiyah Fil Qodiriyah au Fi Asatidz Thoriqoh Muktabaroh. Jangan sampai terpancing tidak saling menghormati dengan salah satu aliran wirid yang denga tegas muktabar dengan pakem-pakem yang sudah mu’ayyan, khassoh, dan tegas (1990) ).
*****


Demi Allah, manah kulo namung nangis teng Allah, mugo-mugo Sami’in setia pengamal Dzikrul Ghofilin niki kabeh masalah-masalahe tuntas, digateni karo Allah (1991).
(Demi Allah, batin Saya hanya bisa menangis kepada Allah, semoga para Sami’in setia pengamal Dzikrul Ghofilin semuanya, segala masalahnya bisa tuntas, sangat diperhatikan oleh Allah (1991)).
*****


“Gus Miek, kulo teng kampung niku sareng-sareng tiyang kathah ?”.
Sing penting imut teng Allah, mboten rumaos langkung suci ketimbang liyane, ora sempat nglirik maksiate wong liyo, kaleh sinten-sinten nggadah manah sing sae. Nggih niku ciri khase pengamal Dzikrul Ghofilin (1991).
( “ Gus Miek, Saya di kampung itu sering berkumpul dengan orang banyak ?”.
Nasehat Gus Miek, yang penting ingat akan Allah, tidak merasa yang paling suci dari yang lain, tidak usah mengurusi perbuatan maksiatnya orang lain, dengan siapapun harus lebih menonjolkan perilaku yang baik. Itulah ciri khas pengamal Dzikrul Ghofilin (1991))
.
*****


Mugi-mugi termasuk Dzikrul Ghofilin sing pun dados ketahanan batiniyah, mangke dados penyangga kulo panjenengan wonten ing sidang-sidang yaumal chisab. Niku sing penting.
Ditengah-tengah kulo panjenengan angel noto bojo, noto rumah tangga, sulitnya menciptakan sesuatu yang indah, tanda-tanda musibah badhe dugi, berarti kulo panjenengan dituntut nyusun ketahanan batiniyah, nyentuh dos pundi supados Allah niku sayang, gati teng kulo panjenengan. Niki mawon (1991).
( Moga-moga wirid Dzikrul Ghofilin bisa menjadi ketahanan batiniyah, menjadi penyangga Saya dan Anda sekalian pada hari sidang Yaumal Chisab. Ini yang sangat penting.
Ditengah-tengah Saya dan Anda sekalian kesulitan menata istri/suami, menata rumah tangga, kesulitan menciptakan sesuatu yang indah. Dan menunggu tanda –tanda musibah yang akan datang, berarti Saya dan Anda sekalian dituntut menyusun ketahanan batiniyah hingga menyentuh bagaimana supaya Allah itu sayang, perhatian dengan Saya dan anda sekalian. Itu saja (1991))
.
*****


Pramilo kulo crios dateng lare-lare, ngomongke Dzikrul Ghofilin ojo pisan-pisan diiklan-ne, dipromosi’ne minongko senjata katrol sukses duniawiyah (1991).
( Untuk itu Saya berharap pada anak-anak, berkaitan dengan Dzikrul Ghofilin jangan sekali-kali di-iklankan, dipromosikan sebagai alat atau senjata untuk mengkatrol sukses duniawiyah (1991)).

Share:

12.08.2008

Penting untuk para Jama'ah Jum'at

dari Khutbah Jum'at

1. Sebagian orang bermalas-malasan mengerjakan ibadah Jum'at, bahkan meninggalkannya.

Nabi SAW brsabda:

"Hanya ada dua pilihan buat manusia: Menghilangkan kebiasaannya meninggalkan ibadah Jum'at, atau Allah akan menutup hati mereka, maka jadilah mereka orang-orang yang lalai". (HR. Muslim).

2. Sebagian orang tidak menyertakan niat ketika berangkat ke masjid untuk melaksanakan shalat Jum'at.


Anda akan melihat ia pergi ke masjid hanya sekedar menjalani rutinitas, padahal niat adalah syarat sahnya ibadah Jum'at dan ibadah-ibadah yang lain.

Nabi SAW bersabda:

"Segala amal itu semata tergantung pada niatnya". (HR. Bukhari).

3. Bergadang pada malam Jum'at sehingga larut malam, sehingga mengakibatkan ketinggalan shalat subuh karena ketiduran.

Yang terjadi kemudian, ia membuka lembaran hari Jum'at dengan dosa besar.Nabi Saw bersabda:

"Shalat yang paling utama di sisi Allah adalah shalat subuh pada hari Jum'at dan dikerjakan secara berjama'ah". (As-Sohihah : 1566).

4. Berlambat-lambat dalam menghadiri khutbah Jum'at.
Sebagian datang di tengah khutbah, bahkan ada yang datang ketika shalat tengah dilaksanakan.

5. Meninggalkan mandi besar, tidak memakai parfum, tidak bersiwak dan tidak mengenakan pakaian terbaik.

6. Melakukan transaksi sesudah adzan Jum'at dikumandangkan.

Allah SWT berfirman :
"Wahai orang-orang beriman, jika kalian diseru untuk shalat pada Jum'at, maka bergegaslah menuju dzikir kepada Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kalian mengetahui" (QS. 62: 9)

Ibnu Abbas ra berkomentar:' Saat itu haram hukumnya melakukan jual beli".

7. Berbakti kepada Allah dengan kemaksiatan.
seperti membiasakan mencukur jenggot setiap hari Jum'at, dengan anggapan sebagai kesempuranaan kebersihan.

8. Duduk di barisan belakang tatkala barisan depan belum penuh.
bahkan ada yang duduk di teras luar masjid, padahal ia berada di masjid yang lapang.

9. Menyuruh berdiri orang yang sedang duduk untuk ditempati tempat duduknya.
Sahabat Jabir ra meriwayatkan, Nabi SAW bersabda:
"Janganlah kalian menyuruh berdiri saudaramu pada saat ibadah Jum'at, lalu kalian duduki tempat duduknya. Tapi hendaklah mengatakan: "Tolong digeser agar lapang". (HR. Muslim).
10. Melangkahi pundak/punggung jama'ah yang sedang duduk.
membelah posisi dua orang (memaksa duduk diantara dua orang sedangkan tempatnya sudah sempit), mengganggu dan mempersempit tempat mereka.Rasulullah SAW menegur orang yang melangkahi punggung jamaah, sementara beliau sedang berkhutbah:
"Duduklah, Kamu telah menyakiti dan mengganggu orang lain" (Shahih At-Targhib dan At-Tahrib, dan shahih Ibnu Majah).
11. Mengeraskan suara berupa pembicaraan atau bacaan.
karena hal ini mengganggu konsentrasi jama'ah yang sedang shalat atau membaca Al-Qur'an.

12. Keluar dari Masjid sesudah adzan dikumandangkan tanpa alasan yang mendesak.

13. Tidak memperhatikan khutbah dan tidak diam mendengarkan apa yang disampaikan khotib.

14. Melakukan shalat dua rakaat antara dua khutbah.
padahal yang disyariatkan adalah do'a dan istighfar hingga naiknya kembali khotib untuk khotbah kedua.

15. Banyak bergerak ketika shalat, cepat keluar dari masjid setelah salam, berjalan di depan orang yang sedang shalat,
dan berdesakan di pintu untuk berebut segera keluar, tanpa mengisi waktunya dengan dzikir sesudah shalat sebagaimana dituntunkan.

Share:

Tahu nggak kalau Surga itu tidak Gratis..

Manusia dicipta bukan tanpa tujuan. Allah bermaksud mencipta manusia untuk beribadah kepada-Nya. "Dan tidaklah aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku." (Adz-Dzariyat: 56). Beribadah itulah tujuan utama penciptaan manusia.
Sifat dasar ubudiyah adalah taklif (beban). Dalam Islam, orang yang akil baligh biasa disebut mukallaf, artinya, orang yang dibebani. Dengan demikian ubudiyah mengharuskan adanya taklif, sedang taklif menuntut adanya kesiapan menanggung beban dan perlawanan terhadap hawa nafsu dan syahwat

Taklif tersebut, tersimpul dalam kalimat laailaaha illallah, yang bermakna tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain hanya Allah. Meski kalimat tersebut singkat, namun ia bermakna padat. Ia mengandungi totalitas penetapan (itsbat) atas obyek peribadatan, meliputi tujuan (qasd), niat, pengagungan (ta'dhim), pengharapan (raja'), dan takut (khauf) hanya tertuju kepada Allah semata. Kalimat tersebut juga mengandungi totalitas pengingkaran (nafyu) atas obyek peribadatan kepada selain Allah yang meliputi sesembahan yang diyakini dapat mendatangkan manfaat dan madharat (aalihah), makhluk yang rela diibadahi, diikuti, dan ditaati (taghut), fatwa atau jalan hidup yang menyelisihi Islam (arbaab), dan segala yang dapat memalingkan manusia dari Allah, seperti harta, tempat tinggal, dan keluarga (andaad).

Dengan demikian, ber-islam memang (seharusnya) menumbuhkan sikap revolusioner. Konsekuensi ber-islam, adalah tuntutan memenuhi segala perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, baik menyangkut ubudiyah mahdlah atau ghairu mahdlah. Juga, ubudiyah harus murni hanya kepada Allah. Serta dengan tegas, harus menolak beribadah kepada selain-Nya, baik dari golongan jin maupun manusia. Hal ini tentu membawa potensi ancaman yang beragam, terutama dari unsur-unsur yang diingkari untuk diibadahi, baik dari golongan jin maupun manusia. Di sinilah maksud taklif menuntut adanya kesiapan menanggung beban dan perlawanan.

Jadi, memang sejak semula manusia diciptakan untuk siap menanggung beban, ujian, dan cobaan. Karena jannah yang dijanjikan Allah tidaklah gratis, melainkan harus ditebus dengan berislam, lengkap dengan segala konsekuensi yang harus dipenuhi dan resiko yang harus dihadapi.

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk jannah (surga), padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa malapateka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan berbagai cobaan) sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata: 'Bilakah datangnya pertolongan Allah.' Ingatlah sesungguhnya pertolongan Allah amat dekat." (Al-Baqarah: 214).

Lantas apa maksud Allah? bukankah bagi-Nya segala sesuatu mudah jika menghendaki? hanya dengan kalimat kun fayakun (Jadilah! maka akan terjadi), termasuk mudah bagi Allah jika Dia menghendaki Islam tegak di muka bumi, juga mudah bagi-Nya jika mengendaki seluruh manusia memeluk Islam...?

Sengaja Allah tidak membuat semuanya berjalan mulus, Dia bermaksud menguji hamba hambanya hingga dapat dibuktikan siapa yang mukmin dan siapa yang munafik, siapa yang jujur dan siapa yang dusta? Berislam secara lisan belaka, tanpa ada konsekuensi-konsekuensi tertentu, tentu akan sulit membedakan antara yang sungguh-sungguh dengan yang berpura-pura. Di sinilan relevansi mekanisme ujian dan cobaan bagi seorang hamba.

"Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan: 'Kami telah beriman, sedang mereka tidak diuji lagi?' Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sungguh Allah mengetahui orang-orang yang benar, dan sungguh Allah mengetahui orang-orang yang dusta." (Al-Ankabut: 2--3). Wallahu a'lam
dikirim oleh Anonim


Share:

12.06.2008

Waktu-waktu Mustajab

Oleh :Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih

Allah memberikan masing-masing waktu dengan keutamaan dan kemuliaan yang berbeda-beda, diantaranya ada waktu-waktu tertentu yang sangat baik untuk berdoa, akan tetapi kebanyakan orang menyia-nyiakan kesempatan baik tersebut. Mereka mengira bahwa seluruh waktu memiliki nilai yang sama dan tidak berbeda. Bagi setiap muslim seharusnya memanfaatkan waktu-waktu yang utama dan mulia untuk berdoa agar mendapatkan kesuksesan, keberuntungan, kemenangan dan keselamatan. Adapun waktu- waktu mustajabah tersebut antara lain.


1.Sepertiga Akhir Malam
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya: Sesungguhnya Rabb kami yang Maha Berkah lagi Maha Tinggi turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga akhir malam, lalu berfirman ; barangsiapa yang berdoa, maka Aku akan kabulkan, barangsiapa yang memohon, pasti Aku akan perkenankan dan barangsiapa yang meminta ampun, pasti Aku akan mengampuninya".[Shahih Al-Bukhari, kitab Da'awaat bab Doa Nisfullail 7/149-150]

2.Tatkala Berbuka Puasa Bagi Orang Yang Berpuasa
Dari Abdullah bin 'Amr bin 'Ash Radhiyallahu 'anhu bahwa dia mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya: Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak". [Sunan Ibnu Majah, bab Fis Shiyam La Turaddu Da'watuhu 1/321 No. 1775. Hakim dalam kitab Mustadrak 1/422. Dishahihkan sanadnya oleh Bushairi dalam Misbahuz Zujaj 2/17].

3.Setiap Selepas Shalat Fardhu
Dari Abu Umamah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang doa yang paling didengar oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala, beliau menjawab.
"Artinya: Di pertengahan malam yang akhir dan setiap selesai shalat fardhu".[Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da'awaat 13/30. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 3/167-168 No. 2782].

4.Pada Saat Perang Berkecamuk
Dari Sahl bin Sa'ad Radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya: Ada dua doa yang tidak tertolak atau jarang tertolak; doa pada saat adzan dan doa tatkala perang berkecamuk".[Sunan Abu Daud, kitab Jihad 3/21 No. 2540. Sunan Baihaqi, bab Shalat Istisqa' 3/360. Hakim dalam Mustadrak 1/189. Dishahihkan Imam Nawawi dalam Al-Adzkaar hal. 341. Dan Al-Albani dalam Ta'liq Alal Misykat 1/212 No. 672].

5.Sesaat Pada Hari Jum'at
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu'anhu bahwa Abul Qasim Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya: Sesungguhnya pada hari Jum'at ada satu saat yang tidak bertepatan seorang hamba muslim shalat dan memohon sesuatu kebaikan kepada Allah melainkan akan diberikan padanya, beliau berisyarat dengan tangannya akan sedikitnya waktu tersebut". [Shahih Al-Bukhari, kitab Da'awaat 7/166. Shahih Muslim, kitab Jumuh 3/5-6]
Waktu yang sesaat itu tidak bisa diketahui secara persis dan masing-masing riwayat menyebutkan waktu tersebut secara berbeda-beda, sebagaimana yang telah disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/203.
Dan kemungkinan besar waktu tersebut berada pada saat imam atau khatib naik mimbar hingga selesai shalat Jum'at atau hingga selesai waktu shalat ashar bagi orang yang menunggu shalat maghrib.

6.Pada Waktu Bangun Tidur Pada Malam Hari Bagi Orang Yang Sebelum Tidur Dalam Keadaan Suci dan Berdzikir Kepada Allah
Dari 'Amr bin 'Anbasah Radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya: Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya". [Sunan Ibnu Majah, bab Doa 2/352 No. 3924. Dishahihkan oleh Al-Mundziri 1/371 No. 595]
Terbangun tanpa sengaja pada malam hari.[An-Nihayah fi Gharibil Hadits 1/190]
Yang dimaksud dengan "ta'ara minal lail" terbangun dari tidur pada malam hari.

7.Doa Diantara Adzan dan Iqamah
Dari Anas bin Malik Radhiyallahu'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya: Doa tidak akan ditolak antara adzan dan iqamah". [Sunan Abu Daud, kitab Shalat 1/144 No. 521. Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da'waat 13/87. Sunan Al-Baihaqi, kitab Shalat 1/410. Dishahihkan oleh Al-Albani, kitab Tamamul Minnah hal. 139]
8. Doa Pada Waktu Sujud Dalam Shalat
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Adapun pada waktu sujud, maka bersungguh-sungguhlah berdoa sebab saat itu sa'at tepat suatu do'a untuk dikabulkan". [Shahih Muslim, kitab Shalat bab Nahi An Qiratul Qur'an fi Ruku' wa Sujud 2/48]
Yang dimaksud adalah sangat tepat dan layak untuk dikabulkan doa kamu.

9.Pada Saat Sedang Kehujanan
Dari Sahl bin a'ad Radhiyallahu'anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya: Dua doa yang tidak pernah ditolak; doa pada waktu adzan dan doa pada waktu kehujanan". [Mustadrak Hakim dan dishahihkan oleh Adz-Dzahabi 2/113-114. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami' No. 3078].
Imam An-Nawawi berkata bahwa penyebab doa pada waktu kehujanan tidak ditolak atau jarang ditolak dikarenakan pada saat itu sedang turun rahmat khususnya curahan hujan pertama di awal musim. [Fathul Qadir 3/340].

10.Pada Saat Ajal Tiba
Dari Ummu Salamah bahwa Rasulullah mendatangi rumah Abu Salamah (pada hari wafatnya), dan beliau mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau memejamkannya kemudian bersabda.
"Artinya: Sesungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya'. Semua keluarga histeris. Beliau bersabda: 'Janganlah kalian berdoa untuk diri kalian kecuali kebaikan, sebab para malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan". [Shahih Muslim, kitab Janaiz 3/38]

11.Pada Malam Lailatul Qadar
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.
"Artinya : Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar". [Al-Qadr : 3-5]
Imam As-Syaukani berkata bahwa kemuliaan Lailatul Qadar mengharuskan doa setiap orang pasti dikabulkan. [Tuhfatud Dzakirin hal. 56]

12.Doa Pada Hari Arafah
Dari 'Amr bin Syu'aib Radhiyallahu'anhu dari bapaknya dari kakeknya bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya : Sebaik-baik doa adalah pada hari Arafah". [Sunan At-Tirmidzi, bab Jamiud Da'waat 13/83. Dihasankan oleh Al-Albani dalam Ta'liq alal Misykat 2/797 No. 2598]
____________________________________________________________________________________
Disalin dari buku Jahalatun nas fid du'a, edisi Indonesia "Kesalahan Dalam Berdoa", oleh Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 181-189, terbitan Darul Haq, penerjemah Zainal Abidin Lc

Share:

Tanda Orang Yang Takut dengan ALLAH

Takut kepada Allah adalah salah satu bentuk ibadah yang tidak terlalu diperhatikan oleh sebagian orang-orang mukmin, padahal itu menjadi dasar beribadah dengan benar.

Firman Allah Ta'ala:
"Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kalian kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman".(Ali 'Imran 175).

Tanda-tanda takut kepada Allah:

1.Pada lisannya
Seseorang yang takut kepada Allah mempunyai kekhawatiran atau ketakutan sekiranya lisannya mengucapkan perkataan yang mendatangkan murka Allah.


Sehingga dia menjaganya dari perkataan dusta, ghibah dan perkataan yang berlebih-lebihan dan tidak bermanfaat. Bahkan selalu berusaha agar lisannya senantiasa basah dan sibuk dengan berdzikir kepada Allah, dengan bacaan Al Qur'an, dan mudzakarah ilmu.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, artinya:
"Barangsiapa yang dapat menjaga (menjamin) untukku mulut dan kemaluannya, aku akan memberi jaminan kepadanya syurga".(HR. Al Bukhari).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda:
"Tanda sempurnanya Islam seseorang adalah meninggalkan sesuatu (perkataan) yang tidak berguna". (HR. At Tirmidzi).

Kemudian dalam riwayat lain disebutkan, artinya:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berbicara yang baik, atau (kalau tidak bisa) maka agar ia diam".(HR. Al Bukhari dan Muslim).

Begitulah, sesungguhnya seseorang itu akan memetik hasil ucapan lisannya,
maka hendaklah seorang mukmin itu takut dan benar-benar menjaga lisannya.

2.Pada perutnya
Orang mukmin yang baik tidak akan memasuk kan makanan ke dalam perutnya kecuali dari yang halal, dan memakannya hanya terbatas pada kebutuhannya saja.

Firman Allah Ta'ala:
Artinya: "Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian lain diantara kamu dengan jalan yang batil".(Al Baqarah: 188).

Ibnu Abbas menjelaskan, memakan dengan cara batil ini ada dua jalan yaitu; Pertama dengan cara zhalim seperti merampas, menipu, mencuri, dll. Dan Kedua dengan jalan permainan seperti berjudi, taruhan dan lainnya. Harta yang diperoleh dengan cara haram selamanya tidak akan menjadi baik/suci sekalipun diinfaqkan di jalan Allah.

Sufyan Ats-Tsauri menjelaskan, :
"Barangsiapa menginfaq kan harta haram (di jalan Allah) adalah seperti seseorang mencuci pakaiannya dengan air kencing, dan dosa itu tidak bisa dihapus kecuali dengan cara yang baik".

Bahkan dijelaskan dalam riwayat yang shahih bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menyatakan, setiap jasad (daging) yang tumbuh dari harta haram maka neraka lebih pantas untuknya.

Jadi, itulah urgensi memperhatikan jalan mencari harta. Sudahkah kita takut kepada Allah dengan menjaga agar jangan sampai perut kita dimasuki harta yang diharamkan Allah ?

3. Pada tangannya
Orang mukmin yang takut kepada Allah akan menjaga tangannya agar jangan sampai dijulurkan kepada hal-hal yang diharamkan Allah seperti; (sengaja) menyentuh wanita yang bukan muhrim,berbuat zhalim, aniaya. Dan tidak bermain dengan alat-alat permainan syetan seperti alat perjudian.

Orang mukmin selalu menggunakan tangannya untuk melakukan ketaatan, seperti bershadaqah, menolong orang lain (dengan tangannya) karena dia takut di akhirat nanti tangannya akan berbicara di hadapan Allah tentang apa yang pernah dilakukan-nya, sedangkan anggota badannya yang lain menjadi saksi atasnya. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:
Artinya: "Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan".(Yasin: 65).

Bahkan salah seorang ulama salaf berkata;
"Sekiranya kulit saya ditempeli bara api yang panas, maka itu lebih aku sukai daripada saya harus menyentuh perempuan yang bukan muhrim".

Itulah gambaran orang mukmin sejati yang takut kepada Allah di dalam menggunakan tangannya. Maka bagaimanakah dengan kita?

4. Pada penglihatannya
Penglihatan merupakan nikmat Allah Ta'ala yang amat besar, maka musuh Allah yaitu syetan tidak senang kalau nikmat ini digunakan sesuai kehendak-Nya. Orang yang takut kepada Allah selalu menjaga pandangannya dan merasa takut apabila memandang sesuatu yang diharamkan Allah, tidak memandang dunia dengan pandangan yang rakus namun me-mandangnya hanya untuk ibrah (pelajaran) semata.

Pandangan merupakan panah api yang dilepaskan oleh iblis dari busurnya, maka berbahagialah bagi siapa saja yang mampu menahannya.
Allah berfirman:
Artinya: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman; "Hendaklah mereka menahan pandangan-nya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".(An Nur: 30).

Jika kita teliti banyaknya kemaksiatan dan kemungkaran yang merajalela,
seperti; perzinaan dan pemerkosaan, salah satu penyebabnya adalah ketidak mampuan seseorang menahan pandangannya. Sebab, sekali seseorang memandang, lebih dari sepuluh kali hati membayangkan.Maka, sudahkah kita menjadi orang yang takut kepada Allah dengan menahan pandangan kepada sesuatu yang diharamkanNya?

5.Pada pendengarannya
Ini perlu kita renungi bersama, sehingga seorang mukmin akan selalu menjaga pendengarannya untuk tidak mendengarkan sesuatu yang diharamkan Allah, seperti nyanyian yang mengundang birahi beserta irama musiknya, dll.

Firman Allah Ta'ala:
Artinya: "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dimintai tanggung jawabnya". (Al Israa': 36).Dan seorang mukmin akan menggunakan pendengarannya untuk hal-hal yang bermanfaat.

6. Pada kakinya
Seseorang yang takut kepada Allah akan melangkahkan kakinya ke arah ketaatan, seperti mendatangi shalat jama'ah, majlis ta'lim dan majlis dzikir. Dan takut untuk melangkahkan kakinya ke tempat-tempat maksiat serta menyesal bila terlanjur melakukannya karena ingat bahwa di hari kiamat kelak kaki akan berbicara di hadapan Allah, ke mana saja kaki melangkah, sedang bumi yang dipijaknya akan menjadi saksi.

Firman Allah Ta'ala:
Artinya: "Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan". (Yaasin: 12).

Asbabun nuzul ayat ini adalah :
bahwa seorang dari Bani Salamah yang tinggal di pinggir Madinah (jauh dari masjid) merencanakan untuk pindah ke dekat masjid,maka turunlah ayat ini yang kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan bahwa bekas langkah (telapak) menuju masjid dicatat oleh Allah sebagai amal shaleh.

Semua bekas langkah kaki akan dicatat oleh Allah ke mana dilangkahkan, dan tidak ada yang tertinggal karena bumi yang diinjaknya akan mengabarkan kepada Allah tentang apa, kapan, dan di mana seseorang melakukan suatu perbuatan. Jika baik maka baiklah balasannya, tetapi jika buruk maka buruk pula balasannya. Ini semua tidak lepas dari kaki yang dilangkahkan, maka ke manakah kaki kita banyak dilangkahkan ?

7. Pada hatinya
Seorang mukmin akan selalu menjaga hatinya dengan selalu berzikir dan istighfar supaya hatinya tetap bersih, dan menjaganya dari racun-racun hati.

Seorang mukmin akan takut jika dalam hatinya muncul sifat jahat seperti buruk sangka, permusuhan, kebencian, hasad dan lain sebagainya kepada mukmin yang lain. Karena itu semua telah dilarang Allah dan RasulNya dalam rangka menjaga kesucian hati. Hati adalah penentu, apabila ia baik maka akan baik seluruh anggota tubuh, tetapi apabila ia jelek maka akan jeleklah semuanya.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Ketahuilah bahwa dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila ia jelek maka jeleklah seluruh tubuhnya. Ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati".(HR. Riwayat Al Bukhari dan Muslim).

Maka pernahkah kita merasa takut bila hati kita menjadi gelap? Bahkan kita selalu merasa bahwa hati kita sama sekali tidak ada kejelekannya? Naudzubillah. Dari ini semua sudahkah kita termasuk orang yang takut kepada Allah ?

Allahu a'lam bish shawab
Barakallahu lii walakum
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Maraji': Tazkiyatun Nafs, Ibnu Rajab Al Hambali dan Ibnu Qayyim.
Share:

Orang - orang yang akan di Do'akan Malaikat

Oleh : Syaikh Dr. Fadhl Ilahi

Allah SWT berfirman, "Sebenarnya (malaikat - malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan, mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan
mereka mengerjakan perintah - perintah-Nya. Allah mengetahui segala sesuatu yang dihadapan mereka dan yang dibelakang mereka, dan mereka tidak memberikan syafa'at melainkan kepada orang - orang yang diridhai Allah, dan mereka selalu berhati - hati karena takut kepada-Nya" (QS Al Anbiyaa' 26-28)

Inilah orang - orang yang didoakan oleh para malaikat :


Orang yang tidur dalam keadaan bersuci.
Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa 'Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci'" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

Orang yang duduk menunggu shalat.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya 'Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia'" (Shahih Muslim no. 469)

Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat.
Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra' bin 'Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf).
Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

Para malaikat mengucapkan 'Amin' ketika seorang Imam selesai membaca Al Fatihah.
Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Jika seorang Imam membaca 'ghairil maghdhuubi 'alaihim waladh dhaalinn', maka ucapkanlah oleh kalian 'aamiin', karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu" (Shahih Bukhari no. 782)

Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, 'Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia'" (Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan 'ashar secara berjama'ah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat 'ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat 'ashar) naik (ke langit) sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?', mereka menjawab, 'Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat'" (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan.
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda' ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, "Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata 'aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan'" (Shahih Muslim no. 2733)

Orang - orang yang berinfak.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, 'Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak'. Dan lainnya berkata, 'Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit'" (Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

Orang yang makan sahur.
Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur" (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

Orang yang menjenguk orang sakit.
Imam Ahmad meriwayatkan dari 'Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh" (Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, "Sanadnya shahih")

Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain.
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain" (dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Maraji' :
Disarikan dari Buku Orang - orang yang Didoakan Malaikat, Syaikh Fadhl Ilahi, Pustaka Ibnu Katsir, Bogor, Cetakan Pertama, Februari 2005
Share:

Begitu Agungnya Rasulullah SAW. di Alam ini

Berkaitan dengan keagungan Nabi ini, Sayyid Hussein Nasr seorang cendekiawan muslim terkemuka menulis, "Makhluk yang paling mulia ini (Muhammad SAW) juga dinamakan Ahmad, Musthafa, Abdullah, Abul-Qasim, dan juga bergelar Al Amin—yang terpercaya.

Setiap nama dan gelar yang dimilikinya mengungkapkan suatu aspek wujud yang penuh berkah. Ia adalah, sebagaimana makna etimologis yang dikandung dalam kata Muhammad dan Ahmad, yang diagungkan dan dipuji, ia adalah :

§ Musthafa (yang terpilih)
§ Abdullah (hamba ALLAH yang sempurna) dan terakhir, sebagai ayah Qasim. Ia bukan hanya Nabi dan utusan (rasul)ALLAH , tetapi juga kekasih ALLAH dan rahmat yang dikirimkan ke muka bumi.

sebagaimana disebutkan di dalam Al Quran,

"Dan tidaklah kami utus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi sekalian alam." (Q.S. Al Anbia [21]:107).

Ungkapan keagungan ini tidaklah berlebihan karena ALLAH Azza wa Jalla pun memuji beliau, bahkan senantiasa bershalawat kepadanya,

firman-Nya:

"Sesungguhnya ALLAH dan para malaikat-Nya melimpahkan shalawat kepada Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, sampaikanlah shalawat dan salam kepadanya." (Q.S. Al Ahzab [33]:56).

ALLAH dan para malaikat saja bershalawat kepadanya, apa lagi kita sebagai makhluk kecil yang tiada berdaya ini harusnya tak pernah putus untuk ber Shalawat kepada Rasulullah.

Disamping bershalawat ternyata penghormatan kepada Rasulullah SAW. memiliki etika tersendiri. Tidak cukup hanya bershalawat saja, karena yang terpenting adalah kita harus yakin benar bahwa Rasulullah adalah suri tauladan sepanjang zaman. Jikalau kita ikut dalam tuntunan beliau Insya ALLAH akan selamat dunia dan akhirat.

ALLAH SWT menjelaskan dalam firman-Nya,

"Dan sesungguhnya Rasul ALLAH itu menjadi ikutan (tauladan) yang baik untuk kamu dan untuk orang yang mengharapkan menemui ALLAH di hari kemudian dan yang mengingat akan ALLAH sebanyak-banyaknya." (Q.S. Al Ahzab [33]: 21).

Seakan ayat ini mengingatkan bahwa setiap langkah kita harus mengikuti langkah yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Misalnya: Ketika rumah tangga keluarga kita berantakan, maka solusi terbaiknya adalah dengan mencontoh Rasul dalam mengemudikan bahtera rumah tangganya. Subhanallah, siapapun yang mempunyai referensi Rasulullah dalam perilaku sehari harinya, maka hidupnya seperti seorang yang punya katalog yang sangat mudah diakses, segalanya serba tertuntun.

Berbahagialah umat Islam yang mempunyai tauladan Rasulullah SAW, dalam dirinya semua aspek kehidupan telah ada reperensinya. Mau duduk, bertemu dengan kawan, bertemu dengan orang kaya, bercakap dengan orang tak punya, berhubungan dengan pejabat,semua telah ada contohnya, termasuk bagaimana teknik menghadapi penjahat. Semuanya sudah di contohkan nya, bahkan sampai hal yang paling sederhana seperti di kamar kecil yang paling tersembunyi sekalipun, semua ada tuntunannya.

Sayangnya kita jarang menyempatkan diri untuk mempelajari bagaimana perilaku Rasulullah SAW. yang sebenarnya. Karenanya jikalau ingin menjadi orang besar dan berakhlak mulia, maka amalkan tuntunan Rasulullah SAW. dalam kehidupan kita sehari-hari, baik dalam bermu’amalah ma’an nas (berhubungan dengan manusia) ataupun bermuamalah ma’a Allah (berhubungan dengan Allah SWT.). Apalagi bagi orang-orang yang mampu mengaplikasikan semua yang telah Rasul tuntunkan, hasilnya tentu akan jauh lebih luar biasa lagi.

Oleh karena itu, bagi saudara-saudara yang ingin dikaruniai kesempatan menjadi guru dan mengharapkan dicintai dan dihormati muridnya kelak, tidak membosankan murid ketika mengajar di kelas, proses belajar-mengajar menjadi efektif, serta para muridnya menjadi cerdas dan berpikiran maju, maka contohlah Rasul dalam mengajar. Bagaimana cara Rasul mengajar? Ternyata Rasulullah mengajar dengan penuh kelembutan, kasih-sayang, dan sangat ingin para murid & sahabatnya menjadi maju.

Jikalau saudara seorang pejabat di sebuah instansi pemerintahan atau menjadi pengurus di sebuah organisasi, maka yang harus dipikirkan adalah bagaimana agar bisa sukses dengan tetap mengikuti tuntunan Rasulullah? Ternyata Rasulullah SAW dalam memegang amanat atau berorganisasi itu rendah hati, lembut perangai nya, senang bertukar pikiran, selalu meminta ide, saran, dan koreksi dalam bermusyawarah.

Adapun bagi yang ingin dicintai, disukai, penuh pesona, melimpah kharismanya, maka pelajari bagaimana pribadi Rasul. Para sahabat seperti halnya Imam Ali pun juga meneladani Rasulullah SAW.

Nampaknya jikalau kita berat menghadapi hidup ini, maka pertanyaannya adalah sampai sejauh mana kita mampu meluangkan waktu untuk mempelajari pribadi Rasulullah SAW?

Demikian penting arti sebuah tauladan atau penuntun bagi kehidupan seseorang. Karenanya siapapun akan sengsara atau bahkan tersesat jikalau tidak pernah meluangkan waktu untuk mempelajari pribadi Rasulullah SAW. Kita tidak akan pernah tahu bahwa Dialah penuntun kita dari kesesatan dan gelapnya kehidupan.

Seperti halnya sebuah kejadian yang semoga dengan diungkapkannya tempat ini ada hikmah yang bisa diambil. Kejadiannya adalah dari penuturan seorang mubaligh. Ketika itu ia diundang bertabligh di suatu tempat. Berangkatlah ia naik mobil bersama penjemputnya. Penjemput sebagai penunjuk arah di depan satu mobil dan sang mubaligh mengikuti dibelakang dengan mobil lain.

Beberapa jam perjalanan lancar-lancar saja, sayangnya setelah beberapa saat sampai di suatu tempat, penunjuk arah memacu kendaraannya lebih cepat sehingga mobil sang mubaligh tertinggal jauh di belakang. Cerita selanjutnya mudah ditebak, sang mubaligh pun tersesat. Belok kiri tidak ketemu, belok kanan masuk pasar, waktu pun berlalu sia-sia, hatinya bahkan sudah mulai gelisah tidak menentu.

Betapa disini kelihatan sekali begitu sengsaranya orang yang tersesat. Waktu dan tenaganya terbuang percuma, tujuan tidak menentu, perasaan pun tidak enak, bahkan
sebentar-sebentar harus tanya sana-tanya sini, sungguh merepotkan. Inilah suatu contoh akibat seseorang kehilangan penuntun dalam hidupnya.

Bayangkan saja andaikata kita tidak punya penuntun, tidak punya penunjuk arah, lalu kita berjalan menuju suatu tempat yang belum diketahui sebelumnya, pastilah tidak akan membuat tentram perjalanan tersebut. Tapi jikalau ada penuntun, arah, dan tujuannnya jelas, maka langkah kita akan mantap dan hati pun senantiasa diliputi ketentraman.

Kita wajib bersyukur bahwa Allah nyata-nyata sangat cinta pada hambanya, hingga ditunjuklah Rasulullah SAW. sebagai penuntun dan panutan kita sepanjang zaman.

Ada dua cara menjadikan Rasulullah SAW sebagai panutan:

Pertama, meneladani sikap dan perilakunya serta taat kepada perintahnya. Allah SWT menjelaskan bahwa “Rasulullah SAW. adalah suri tauladan yang baik bagi umat manusia”. (QS.33:21).
Karenanya, sebagai salah satu wujud kecintaan kepadanya kita. Kita wajib melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya, dan meneladaninya.

Kedua, selalu merindukan dan mengingatnya serta mencintainya.
Orang yang merindukan Rasulullah SAW akan selalu berusaha mengerjakan amalan-amalan yang beliau contohkan agar kelak dapat mendekatkan posisinya dengan Rasullullah SAW. Dan, seseorang yang mencintai Rasulullah SAW akan senantiasa mengingatnya dalam setiap aktifitas dan selalu membaca Shalawat atasnya. Bahkan Allah SWT. dan para malaikat malaikat-Nya pun selalu bershalawat kepada beliau.

Sudah menjadi kewajiban kita sebagai ummat yang diberi petunjuk oleh beliau, Rasulullah SAW. untuk senantiasa mencintainya, melebihi cinta kita kepada yang lainnya. Karena, mencintai Rasulullah SAW pada hakikatnya, merupakan cinta kepada Allah SWT.

Allah SWT berfirman:
“katakanlah, jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Nabi Muhammad SAW.), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu’. Karena hanya Allah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Al-Imran: 31).

Dalam suatu hadist, Anas bin Malik menceritakan bahwasannya Rasulullah SAW. bersabda:
“Tidaklah beriman seseorang di antara kalian, sehingga aku lebih dicintai dari keluarganya, hartanya, dan mahluk lainnya.” (HR. Muslim).

Dan pada riwayat yang lain dijelaskan bahwa mencintai Allah dan Rasul-Nya melebihi kecintaan kepada yang lainnya, merupakan salah satu bukti bentuk manisnya Iman.

Beliau Rasulullah SAW. pun sangat mencintai kita sebagai ummatnya. Hal tersebut terlihat manakala beliau akan menghadap Ilahi Rabbi, tak ada suatu hal apapun yang ia risaukan atau khawatirkan sepeninggalnya, kecuali ummatnya. Sehingga, yang terdengar dari mulut mulia beliau di akhir hayatnya adalah “Ummati...ummati” ummatku...ummatku.

Begitu besarnya Cinta Rasulullah SAW. kepada kita ummatnya, dimana Beliau sebagai panutan kita, telah berbuat melebihi kebutuhan dirinya, semuanya dilakukan demi kebahagiaan kita di masa sekarang (dunia) dan di masa depan (akhirat).

Beliau, telah memberikan segalanya untuk ummatnya, bahkan ia tak pernah merasakan kenikmatan lebih seperti yang kita rasakan sekarang ini.

Hal ini terungkap dari sanjungan "Aisyah RA." kepada beliau di akhir hayatnya:

Wahai manusia yang tidak sekalipun mengenakan sutera.
Yang tidak pernah se-jeda pun membaringkan raga pada empuknya tilam.
Wahai kekasih yang kini telah meninggalkan dunia.
Ku tahu perutmu tak pernah kenyang dengan lembutnya roti gandum.
Duhai, yang lebih memilih tikar sebagai alas pembaringan.
Duhai, yang tidak pernah terlelap sepanjang malam karena takut sentuhan neraka sa’ir.

Wallahu ’alam bish showab.
Share:
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Powered By Blogger

Hit Counter