Wadah berbagi Kisah, Pengetahuan, Ungkapan rasa, Cerita, dalam rangka memperkaya khasanah Iman untuk menggapai Syafa'at Baginda Rasululloh serta Hidayah dan Ridlo Illahi Robbi

12.17.2008

Tak menyangka bertemu Rasulullah


Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan ( keimanan dan keselamatan ) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang – orang mukmin (QS. At Taubah 128)

Suatu hari, Rasulullah Muhammad SAW. sedang thawaf. Tak jauh dari Nabi saw. ada seorang laki-laki Arab Badui juga sedang thawaf. Sambil thawaf, Arab Badui itu mengucapkan, Ya Kariim (Allah yang Maha Pemurah).” Rasulullah saw. yang berjalan dibelakangnya meniru ucapan lelaki itu. Rupanya Lelaki Badui tersebut tidak mengenali Nabi saw. Karenanya, ia bergeser ke tempat lain menghindarkan diri dari Nabi saw. sambil tetap berkata “Ya Kariim”. Rasulullah saw. terus mengikutinya dan terus menirukan ucapan arab Badui itu.

Lama kelamaan lelaki Badui itu merasa terganggu. Kemudian dia menoleh kepada Rasulullah saw. sambil berkata, “Wasai pemilik wajah yang ceria dan tubuh yang indah, apakah engkau mengejek aku ?. Demi Allah, kalau tidak karena wajahmu yang ceria dan perawakanmu yang tampan, pastilah engkau akan kuadukan kepada kekasihku Muhammad”.

Rasulullah saw. tersenyum dan berkata, “Apakah engkau tidak mengenal Nabimu, wahai saudaraku ?”
“ Tidak,” jawabnya.
“ Jadi, apa imanmu kepadanya ?” tanya nabi saw. lagi.
“ Saya beriman dengan kenabiannya, walau saya tidak melihatnya. Saya membenarkan risalahnya sekalipun saya belum pernah bertemu dengannya.”
“ Wahai saudaraku, ketahuilah, akulah nabimu didunia dan orang yang akan menolongmu nanti di akhirat,” sahut Nabi saw.

Mendengar itu, sang Badui mendekat kepada Rasulullah saw. dan hendak mencium tangan beliau. Namun, Rasulullah saw. dengan cepat mencegahnya seraya berkata, “Jangan engkau perlakukan aku seperti orang-orang asing berbuat kepada raja-raja mereka. Allah mengutusku bukan untuk menyombongkan diri dan tidak pula untuk menjadi penindas. Allah mengutusku dengan benar sebagai pembawa kabar gembira dan berita ancaman.

Tiba-tiba Malaikat Jibril datang kepada Nabi saw. dan berkata, “Wahai Muhammad ! Allah menitipkan salam buatmu dan memberikan penghormatan khusus kepadamu. Dia berkata kepadamu, “Katakan kepada Badui itu supaya dia jangan terlena oleh sikap penyantun dan kemurahan Kami. Kami akan melakukan perhitungan (hisab) terhadap dirinya atas hal-hal kecil atau besar.”

Perkataan Malaikat itu terdengar sang Badui melalui lisan Nabi Muhammad saw. Lalu Badui itu bertanya , “Apakah Allah akan menghisab diriku, wahai Rasulullah ?”
“ Ya.., Allah akan melakukan hisab atas dirimu kalau Ia menghendaki,” jawab Nabi saw.

“ Demi kemuliaan dan kebenaran-NYA, kalau Allah menuntutku akupun akan menuntut-NYA.”
Rasulullah saw. bertanya, “Atas dasar apa engkau menuntut Allah, wahai saudaraku ?”

“Kalau Allah menuntut dosa-dosaku, niscaya aku akan menuntut keampunan-NYA. Kalau Ia menuntut maksiatku, maka aku akan menuntut kemaafan-NYA dan kalau Ia menuntut kebakhilanku, aku akan menuntut kepemurahan-NYA.

Mendengar itu, Rasulullah menangis sampai jenggot beliau basah. Malikat Jibril berkata, “Wahai Muhammad, Allah menitip salam buatmu dan Ia berkata, Kurangilah tangismu.. Engkau telah membuat semua penduduk langit lengah dari bertasbih. Dan kepada saudara Baduimu itu sampaikanlah bahwa Allah tidak akan melakukan tuntutan lagi atas dirinya dan dia pun tidak usah melakukan hal itu terhadap Allah. Dia adalah kawan-kawanmu nanti di Syurga.”

Tangis Nabi saw. ini menunjukkan betapa besar cinta beliau kepada umatnya. Akankah cinta beliau ini kita sambut dengan mencintai ajarannya ?, ataukah cinta beliau itu akhirnya bertepuk sebelah tangan ?

Wallahua’lam..

( sumber dari majalah Al-Falah)


Share:

0 komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Powered By Blogger

Hit Counter