2.12.2010
Home »
» Apresiasi Rasulullah Pada Orang Bekerja
Apresiasi Rasulullah Pada Orang Bekerja
Dalam sejarah Islam, semua Nabi bekerja untuk kehidupannya. Ini untuk menunjukkan bahwa para nabi bukan Rabi atau Pendeta yang dicukupi kehidupannya dari umatnya.
”Seseorang tidak mendapatkan sesuatu kecuali apa yang telah di usahakannya”.(QS An-Najm [53]: 39)
Sehari-hari para Nabi giat bekerja. Ingat bagaimana kisah Musa AS yang bekerja pada Nabi Syuaib atau Nabi Daud sebagai pengrajin, Nabi Yusuf sebagi pengawas gudang, dan tak terkecuali Nabi junjungan kita Muhammad SAW yang menjadi pengembala maupun pedagang pada sebelum kenabian dan mengerjakan banyak pekerjaan kasar lain setelah masa kenabian.
Para Nabi diperintahkan Allah bekerja keras untuk memperoleh kehidupan yang baik. Dimana di balik pesan itu Allah mempunya misi bahwa betapapun mulia seorang Nabi, mereka harus tetap bekerja untuk memenuhi kehidupannya, sebagai contoh dan teladan terbaik bagi umatnya. Sebagaimana diketahui Rasulullah SAW memaknai bekerja bukanlah sekadar untuk mencari uang, kekayaan, dan kemuliaan duniawi semata. Namun lebih dari itu, Rasulullah SAW menempatkan bekerja sebagai wujud aktualisasi keimanan dan ketakwaan dalam koridor ibadah semata-mata mencari ridha Allah SWT.
Bahkan Putri Nabi sendiri yaitu Fatimah az Zahra pernah suatu hari kehabisan gandum, sementara anak-anaknya butuh makan dan ada yang jatuh sakit. Sedang kondisi pada saat itu sepeserpun dia tidak memiliki uang . Pergilah Fatimah ke pemilik toko dan bertanya apakah ada pekerjaan yang bisa dia lakukan, maka didapatinya pekerjaan menumbuk gandum untuk dibuat roti dan hasilnya bisa untuk mencukupi makan hari itu bersama anaknya.
Dalam sebuah hadist riwayat Imam Ath-Thabrani, dikisahkan ada seseorang yang berjalan melalui tempat Rasulullah SAW. Orang tersebut sedang bekerja dengan sangat giat dan tangkas. Para sahabat kemudian bertanya,"Wahai Rasulullah, andaikata bekerja semacam orang itu dapat digolongkan jihad fi sabilillah, maka alangkah baiknya." Mendengar itu Rasul pun menjawab,"Kalau ia bekerja untuk menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk menghidupi kedua orangtuanya yang sudah lanjut usia, itu adalah fi sabilillah; kalau ia bekerja untuk kepentingan dirinya sendiri agar tidak meminta-minta, itu juga fi sabilillah" (HR Ath-Thabrani).
Dalam riwayat lain juga diceritakan, suatu hari Rasulullah SAW berjumpa dengan Sa'ad bin Mu'adz Al-Anshari. Ketika itu Rasul melihat tangan Sa'ad melepuh, kulitnya gosong kehitam-hitaman seperti terpanggang matahari. "Kenapa tanganmu?" tanya Rasul kepada Sa'ad. "Wahai Rasulullah," jawab Sa'ad,"Tanganku seperti ini karena aku mengolah tanah dengan cangkul itu untuk mencari nafkah keluarga yang menjadi tanggunganku". Seketika itu beliau mengambil tangan Sa'ad dan menciumnya seraya berkata,"Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka".
Inilah apresiasi yang Rasulullah SAW berikan kepada orang yang mau bekerja keras, gigih, dan semangat mencari rezeki di jalan Allah SWT. Beliau tidak melihat apa jenis pekerjaannya, asalkan halal, tidak menyimpang dari aturan yang ditetapkan agama, dan diniatkan untuk mencari ridha Allah SWT. Juga Rasulullah tidak melihat siapa orangnya, sampai-sampai pada riwayat di atas manusia teragung ini rela mencium tangan Sa'ad bin Mu'adz Al-Anshari yang melepuh lagi gosong tersebut.
Islam sendiri mengajarkan, untuk mendapatkan rezeki yang Allah SWT tebar di muka bumi ini, hendaklah tiap individu berusaha sekuat tenaga, sesuai dengan keahlian dan kemampuannya. Yang selanjutnya, hasilnya kita bertawakal kepada Allah SWT. Tawakal bukan artian pasrah diri tanpa usaha dan tidak bekerja, namun semampu mungkin potensi yang ada kita maksimalkan untuk meraih rezeki tersebut. Nabi Muhammad SAW, dalam salah satu hadisnya yang lain juga mengatakan,“Jika kalian tawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, Allah akan memberi kalian rezeki seperti Dia memberi rezeki kepada burung yang terbang tinggi dari sarangnya pada pagi hari dengan perut kosong dan pulang di sore hari dengan perut kenyang. ”
Hadis di atas pada dasarnya berisikan motivasi agar kita gigih bekerja, bahkan jika perlu meninggalkan tempat tinggal pagi hari untuk mencari nafkah, bukan sebaliknya pasrah berdiam diri di kediaman menunggu tersedianya kebutuhan hidup. Hal itu sesuai dengan firman Allah SWT dalam Surah Al-Jumu’ah ayat 10: “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah di muka bumi dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
(Aan, dari berbagai sumber)
0 komentar:
Posting Komentar