12.08.2010
Home »
» Selamat Tahun Baru Islam 1432 H
Selamat Tahun Baru Islam 1432 H
“Alhamdulillahirobbil’alamin…( Segala puji bagi Allah, Rabb sekalian alam ).” Tanpa terasa, lembar demi lembar tahun telah kita lalui, hingga memasuki tahun baru 1432 H ini. Telah banyak perbuatan yang kita lakukan, telah bertumpuk tingkah yang telah kita torehkan dan telah pula tak terhitung kesenangan yang kita nikmati. Terimakasih yaa… Rabb atas indahnya hidup ini dan atas nikmat yang telah engkau berikan kepadaku.
Namun Yaa... Rabb…, telah banyak pula kesalahan yang telah kami lakukan, telah banyak perbuatan yang tanpa manfaat kita jalankan, telah banyak pula dosa – dosa yang tanpa kami sadari dan kami sadari, telah kita lakukan. Hanya kebesaranMu dan Kasih SayangMu yang bisa menyejukkan hati ini Ya.. Rabb…, tuk senantiasa mau duduk bersimpuh dan sujud mengharap Ridlo serta ampunanMu, Karena hanya Engkaulah Yaa.. Rabb… yang bisa menjaga segala langkah sesat kami, prasangka salah kami, dan perbuatan yang mengantarkan kami kearah nerakaMU.
Pangeran …Panjenengan… dandosi kulo niki
Lahir batin sarana… manah sae kang Suci.
Saudaraku...
Hari ini 1 Muharram 1432 H adalah tahun baru bagi umat Islam. Momentum tahun baru Hijriah ini harus kita jadikan sebagai sarana “hijrah dan instropeksi” menuju kehidupan yang lebih baik. Dalam Islam disebutkan: ” Haasibuu qobla antuhaasabuu. Yang artinya hitunglah dirimu sebelum kamu sekalian dihitung(hisab)”.
Sebagai rasa syukur maka sebaiknya kita sebagai muslim yang taat memanfaatkan tahun baru ini sebagai sarana menginstropeksi diri, mengevaluasi diri, bermuhasabah atas segala perencanaan, perbuatan dan program hidup yang telah dilakukan di tahun sebelumnya, jadikan saat-saat seperti ini sebagai momen yang tepat bagi kita untuk selalu berkaca diri tentang amal-ibadah apa yang sudah kita capai dan hal apa saja yang masih kurang dalam diri kita. Sehingga nantinya bisa memperbaiki dan memperbaharui kekurangan-kekurangan kita di masa depan dan kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan untuk tidak kita ulangi lagi.
Allah menggambarkan kehidupan dunia ini sebagai senda gurau dan permainan belaka. Sementara kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang sebenarnya. Artinya, Allah mengkondisikan kita untuk memandang dunia dengan santai tidak terlalu serius. Karena di dunia ini tidak ada keadaan yang benar-benar bisa dikatakan bahagia atau sebaliknya sedih. Di dunia ini tidak ada keberhasilan hakiki maupun kegagalan sejati. Segala sesuatu di dunia ini bersifat fana alias sementara. Kadang seseorang bahagia kadang seseorang sedih. Kadang ia berhasil kadang ia gagal. Itulah dunia dengan segala tabiat sementaranya.
Sebaliknya dengan kehidupan dunia, kehidupan akhirat merupakan kehidupan sejati. Tidak ada orang berbahagia di akhirat untuk jangka waktu singkat saja. Dan tidak ada pula yang mengalami penderitaan sementara saja, kecuali Allah menghendaki selain itu.
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabut ayat 64)
Allah ta’aala menghendaki agar orang bertaqwa memandang kehidupan akhirat dengan penuh kesungguhan karena di sanalah kehidupan sejati akan dijalani manusia. Sedangkan terhadap dunia Allah ta’aala menghendaki orang bertaqwa agar berlaku proporsional saja dan tidak terlampau memaksa dalam meraih keberhasilannya. Sebab kehidupan dunia ini Allah ta’aala gambarkan sebagai tempat dimana orang sekedar bermain-main dan bersenda-gurau.
Namun dalam kehidupan kita dewasa ini kebanyakan orang malah sangat serius bila menyangkut urusan kehidupan dunia. Mereka siap mengerahkan tenaga, fikiran, dana dan waktu sepenuh hati serta jiwa untuk menggapai keberhasilan duniawinya. Sedangkan bila menyangkut urusan akhirat mereka hanya mengerahkan tenaga dan waktu yang tersisa, fikiran sampingan serta dana berupa recehan. Jika hal ini terjadi kepada kaum kafir alias tidak beriman kita tentu bisa maklumi. Tapi di dalam zaman penuh fitnah ini tidak sedikit saudara muslim yang kita saksikan bertingkah dan berpacu merebut dunia laksana kaum kafir. Allah memang menggambarkan bahwa kaum yang tidak beriman sangat peduli dan faham akan sisi material kehidupan dunia ini. Namun mereka lalai dan tidak memiliki pengetahuan apapun mengenai kehidupan akhirat.
“Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS ArRuum ayat 7)
Sahabat Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ’anhu pernah berkata: ”Bilamana manusia menemui ajalnya, maka saat itulah dia bangun dari tidurnya”. Sungguh tepat ungkapan beliau ini. Sebab kelak di akhirat nanti manusia akan menyadari betapa menipunya pengalaman hidupnya sewaktu di dunia. Baik sewaktu di dunia ia menikmati kesenangan maupun menjalani penderitaan. Kesenangan dunia sungguh menipu. Penderitaan duniapun menipu.
Saat manusia berada di alam akhirat barulah ia akan menyadari betapa sejatinya kehidupan di sana. Kesenangannya hakiki dan penderitaannya sejati. Surga bukanlah khayalan dan sekedar dongeng orang-orang tua di masa lalu. Begitu pula dengan neraka, ia bukan suatu mitos atau sekedar cerita-ceirta orang dahulu kala. Surga dan neraka adalah perkara hakiki, saudaraku. Sehingga Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam menggambarkan dengan deskripsi yang sangat kontras dan ekstrim mengenai betapa berbedanya tabiat pengalaman hidup di dunia yang menipu dengan kehidupan sejati akhirat. Perhatikanlah baik-baik hadits di bawah ini:
“Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia yang saat itu menjadi penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak. Kemudian ia ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia yang menghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak. Kemudian ditanya: ”Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: ”Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)
Mengapa orang pertama ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kebaikan serta merasakan suatu kenikmatan, padahal ia adalah orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah paksa dia merasakan derita sejati neraka –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala kenikmatan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Sebaliknya, mengapa orang kedua ketika Allah tanya menjawab bahwa ia tidak pernah melihat suatu kesulitan atau merasakan suatu kesengsaraan, padahal ia orang yang paling susah hidupnya sewaktu di dunia dibandingkan segenap manusia lainnya? Jawabannya: karena Allah telah izinkan dia merasakan kesenangan hakiki surga –sejenak saja- cukup untuk membuat ingatannya akan segala penderitaan palsu yang pernah ia alami sewaktu di dunia terhapus begitu saja dari ingatannya. Subhanallah walhamdulillah wal'aa ilaha illallah wallahu akbar, walahaula wala quwata illa billah...!!!
Saudaraku, sungguh kehidupan dunia ini sangat tidak pantas kita jadikan ajang perebutan dan perlombaan. Sebab menang di dunia pada hakikatnya hanyalah menang yang menipu. Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia hanyalah kalah yang menipu. Saat manusia diperlihatkan surga dan neraka di akhirat kelak, sadarlah ia betapa naifnya perlombaan merebut keberhasilan dunia ini dibandingkan dengan kenikmatan hakiki dan abadi surga yang jauh labih patut ia kejar dan usahakan semaksimal mungkin. Sadarlah ia betapa lugunya ia saat di dunia berusaha mengelak dari segala derita dan kesusahan dunia jika dibandingkan dengan derita sejati dan lestari neraka yang jauh lebih pantas ia berusaha mengelak dan menjauh darinya.
Pantas bila Allah gambarkan bahwa saat sudah dihadapkan dengan azab neraka orang-orang kafir bakal berharap mereka dapat menebus diri mereka dengan sebanyak apapun yang diperlukan, andai mereka sanggup. Tentunya pada saat itu mereka tidak sanggup dan tidak berdaya.
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.” (QS Al-Maaidah ayat 36)
Ya Allah…, janganlah Engkau jadikan dunia puncak cita-cita kami dan batas pengetahuan kami.
Ya Allah… yang Maha Kasih, jangan Kau ciptakan manusia sepertiku, dengan penuh kemuliaan, tetapi kujalani hidupku dengan kenistaan.
Ya Allah… yang Maha Pengampun, jangan biarkan aku terlena oleh kenikamatan dunia namun setelahnya aku jatuh terpuruk ke dalam kenikmatan maksiat dan penuh dosa...
Ya Allah… yang Maha Besar, gugahlah kesadaranku untuk selalu beribadah kepadaMU, sehingga saat terdengar adzan diserukan bisa tersentuh hatiku untuk selalu memenuhi panggilanMu, dan jagalah diriku untuk tidak selalu menunda sholatku dengan menyibukkan diri dengan urusan diniawi, lebih mementingkan pekerjaanku, menonton acara TV kesukaanku dan pulas tidur saat subuh tiba.
Ya Allah… yang Maha Pemurah, permudahlah keikhlasanku untuk melakukan bersedekah, lapangkanlah sesuatu yang memberatkan dalam hati, dan masih berpikir –pikir untuk memilih-milih lembaran uang yang akan di shodaqohkan, padahal rejekiku itu sudah Engkau cukupkan dan gantikan untukku.
Ya Allah… yang Maha pemberi Berkah, gerakkanlah hatiku untuk senantiasa mengumandangkan Tilawah, agar jalan hidupku senantiasa terjaga oleh berkah Ayat – ayat Suci Al Qur'anMU yang kualunkan hingga akhir waktu.
Ya Allah… yang Maha Rahim, ampunilah segala dosa dan kesalahanku, belum cukup rasanya aku berbakti kepada Ayah dan bundaku tercinta, karena hingga saat ini aku belum dapat membuat mereka bahagia dan membuat senang hatinya, bahkan untuk sekedar menanyakan kabar saja masih bisa terlupakan, yang ada memikirkan kesibukan sendiri.
Ya Allah… yang Maha memberikan Kemuliaan, jagalah diriku selalu untuk tidak membuat kecewa istriku, suamiku, anak-anakku, saudara-saudaraku, orang – orang yang kucintai, yang sangat kusayangi, yang hingga saat ini belum bisa kupenuhi bahkan kadang terlupakan kalau sebenarnya masih ada yang membutuhkan bantuanku.
Ya Allah... aku memang tidak semulia pada saat Engkau ciptakan, tetapi apakah aku masih dapat Engkau berikan kesempatan untuk terus berusaha mendapatkan kemuliaan itu kembali dihadapanMu sampai di akhir hidupku?
Ya Allah berilah aku kesempatan untuk memperbaiki diriku ini, berikan aku kesempatan untuk lebih mendekatkan diriku padaMU. Ya Rabbi... berikan aku petunjuk agar aku selalu berada pada jalanMu yang engkau ridloi. Gerakkanlah hatiku untuk selalu berusaha merubah segala sikap, sifat dan perbuatanku yang telah salah selama ini, kepada orang-orang terdekatku, terutama mereka yang sangat aku kasihi, aku cintai dan aku sayangi.
Ya Allah Ya Rahman Ya Rahim, hanya kepada Engkau hamba memohon ampun, memohon pertolongan dan mohon kekuatan, semoga ditahun baru hijriyah 1432H ini hamba bisa jauh lebih baik dari tahun sebelumnya, bimbinglah selalu… agar kami bisa menapaki hari demi hari berikutnya, dan dengan ijinMu ya Allah jadikanlah hari-hari hamba ini akan terus semakin lebih baik dan bisa menjadi yang terbaik dalam hidup hamba.
Amiiin… Amiiin... Amiiin… Ya Robbal ‘Alamin.
Selamat Tahun Baru 1432 H.
0 komentar:
Posting Komentar